EKBIS.CO, JAKARTA -- Inflasi pada Maret 2018 berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) ditetapkan sebesar 0,20 persen (mtm) dan inflasi tahunan sebesar 3,40 persen (yoy). Kenaikan harga Pertalite pada pertengahan Maret 2018 menjadi salah satu pendorong inflasi pada Maret 2018.
Ekonom BCA, David Sumual, mengatakan, angka inflasi tersebut tidak jauh berbeda dengan perkiraan dia sebesar 0,23 persen (mtm) dan 3,45 persen (yoy). "Perkiraan saya lebih tinggi karena ada kenaikan harga Pertalite. Kedua, faktor pendorongnya pelemahan tipis kurs juga berpengaruh," kata David kepada wartawan di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (2/4).
Menurutnya, pengaruh Pertalite terhadap inflasi hanya first round effect atau pengaruhnya hanya satu kali yakni ke inflasi BBM. Dulu, lanjutnya, kalau pemerintah menaikkan harga Premium tidak hanya mendorong inflasi BBM tetapi juga harga barang lain atau second round effect.
Baca juga, Ini Alasan Harga Pertalite Naik.
Bahkan sebelum diumumkan, orang sudah menaikkan harga barang-barang, termasuk tarif transportasi. Sebelum pengumuman, orang juga sudah menimbun barang. "Kalau dengan Pertalite mungkin second round effect-nya kecil, tapi ke inflasi BBM besar," jelasnya.
David menambahkan, ke depan, porsi Pertalite semakin besar dalam perhitungan inflasi BBM. Dulunya premium memiliki bobot lebih besar. Sebab, sekarang porsi Pertalite sudah 50 persen dari total konsumsi BBM, sedangkan Premium hanya sekitar 20 persen.
"Semakin lama pengaruh Premium makin kecil. Pertalite yang ngaruh karena bobotnya semakin besar. Bobot ini harus disesuaikan BPS," ucapnya.