Jumat 06 Apr 2018 15:14 WIB

Analis: Cina Bisa Menjatuhkan Sektor Energi AS

Cina memberi sinyal akan mengenakan tarif khusus untuk minyak serpih.

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Teguh Firmansyah
Perang dagang AS dengan Cina
Foto: republika
Perang dagang AS dengan Cina

EKBIS.CO, BEIJING -- Cina memberi sinyal akan mengenakan tarif khusus untuk minyak serpih (shale oil) dari AS setelah produk pertanian lebih dulu dikenai tarif. Pengenaan tarif ini merupakan bagian dari perang dagang yang melibatkan kedua negara.

Pada Rabu (4/3) lalu, Beijing sudah mengajukan daftar 106 komoditas dari AS yang akan dikenai tarif impor, termasuk di dalamnya adalah kedelai. Beijing lalu juga memasukkan petrokimia dan propane cair dari AS ke dalam daftar itu sebagai aksi balasan atas pengenaan tarif terhadap barang-barang teknologi asal Cina oleh AS.

Para investor sempat mendengar kabar baik bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping akan menggelar negosiasi. Apalagi Cina adalah konsumen terbesar minyak dan gas alam cair (LNG) produksi AS. Sumber energi ini akan terimbas besar bila perang dagang kedua negara tidak juga reda.

''Cina bisa menjatuhkan sektor energi AS kapan saja karena Cina bisa mencari sumber minyak dari yang lain. Sementara bagi AS, sektor energi adalah hal sensitif,'' kata analis komoditas Hyundai Futures Corp, Will Yun seperti dilansir Bloomberg, Jumat (6/4).

Kedua negara, lanjut Yun, mungkin akan saling bicara. Namun Cina mungkin juga tidak akan mengeksekusi tawaran itu segera. Tapi Cina akan memainkan isu ini dengan bijak.

Pengenaan tarif kedelai oleh Cina menunjukkan niatan untuk menyerang AS. Hal itu sekaligus mengakhiri spekulasi apakah Pemerintahan Xi akan mengenakan tarif terhadap komoditas-komoditas utama dari AS. Hal itu langsung direspons pasar dengan penurunan harga minyak dan produk pertanian seperti jagung dan kapas.

Guru besar Fakultas Bisnis dan Hukum Deakin University Australia, Struart Orr mengatakan, berpindah ke sumber energi lain jelas akan berdampak terhadap biaya produksi industri. ''Hal ini akan memicu kenaikan belanja energi untuk kelas menengah Cina yang sedang tumbuh dan mengonsumsi energi dalam jumlah besar,'' kata Orr.

Analis Yuanta Securities Co, Min Byungkyu, memprediksi, tarif minyak asal AS oleh Cina akan mengguncang keyakinan investor dan menimbulkan kekagetan pasar. Ekspor minyak mentah AS menguras cadangan domestik. Di sisi lain produksi minyak di sana juga dipacu lebih tinggi. Sementara itu, OPEC bersama Rusia sudah sepakat mengurangi produksi minyak agar tak ada kelebihan pasokan dan harga minyak membaik.

Berdasarkan data Citigroup Inc, ekspor netto minyak AS ke Cina rata-rata sebanyak 435 ribu barel per hari sepanjang 2017 atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya. Berdasarkan data Pemerintah AS, Cina membeli sekitar 750 juta kubik kaki LNG dari AS pada kuartal empat 2017 atau yang terbesar di dunia.

Dalam laporan itu, ekspor dan impor minyak dan LNG dari AS ke Cina diprediksi akan tumbuh signifikan dalam lima tahun ke depan. Namun, itu sulit terjadi bila kedua negara saling mengenakan tarif.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement