EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank BJB Syariah membidik segmen konsumer untuk mendorong kinerja pada tahun ini. Segmen konsumer yang dibidik terutama pada penyaluran pembiayaan bagi pegawai dan pembiayaan kepemilikan rumah (PPR) dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Direktur BJB Syariah, Indra Falatehan, mengatakan, porsi pembiayaan konsumer mencapai sekitar 60 persen dari total pembiayaan. Sisanya pembiayaan komersial dan produktif. Pembiayaan konsumer di BJB Syariah kebanyakan untuk pembiayaan kepada karyawan, kesejahteraan pegawai dan PPR. "FLPP malah tumbuhnya lebih tinggi dibanding yang lain," kata Indra kepada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (10/4) malam.
Indra menyebutkan, penyaluran pembiayaan FLPP di BJB Syariah tahun lalu mencapai 1.600 unit rumah atau secara nominal sekitar Rp 160 miliar. Tahun ini, BJB Syariah diberikan target yang sama oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk FLPP sebanyak 1.600 unit. "Yang mendongkrak kinerja kami tahun ini salah satunya dari FLPP," imbuhnya.
Selain itu, BJB Syariah tengah menyiapkan produk baru pembiayaan konsumer yang akan dikerjasamakan dengan instansi lain. Selain produk baru, BJB Syariah mulai menggiatkan lagi produk cicil dan gadai emas. Dua produk tersebut merupakan produk lama cuma yang kinerjanya sempat sempat turun karena tidak dikelola dengan baik.
"Tahun ini kita lagi kejar dengan sinergi dengan grup dengan BJB, outlet-nya ada dimana-mana, kami gencarkan bisa cicil dan gadai emas melalui BJB Syariah," ucapnya.
Dikutip dari website BJB Syariah, total aset BJB Syariah pada kuartal I 2018 mencapai Rp 7,13 triliun. Penghimpunan DPK sampai kuartal I 2018 sebesar Rp 5,59 triliun. Penyaluran pembiayaan tercatat sebesar Rp 5,03 triliun. Sementara laba pada kuartal I 2018 naik 95,87 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Indra menyatakan, sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) BJB Syariah tahun ini penyaluran pembiayaan ditargetkan tumbuh 5 persen (yoy). Namun, dia berupaya agar pembiayaan bisa tumbuh lebih tinggi dari RBB.
Menurutnya, pada kuartal pertama 2018 ini pembiayaan belum naik signifikan. Bahkan, banyak pembiayaan yang dihapusbukukan untuk menurunkan rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF)."Tahun lalu pembiayaan kami zero growth karena kita memang kemarin lagi fokus untuk perbaikan dulu. Tahun ini juga masih berlanjut perbaikan," jelasnya.
Dengan target kinerja tersebut, Indra optimistis tahun ini BJB Syariah bisa mencetak laba. Berbeda dengan tahun lalu dimana BJB Syariah melakukan pencadangan cukup banyak. Pada kuartal I 2018, BJB Syariah sudah mencatatkan laba salah satunya dari recovery pembiayaan-pembiayaan bermasalah. "Target laba kami secara angka di RBB mungkin di sekitar Rp 40 miliar. Tapi kami lagi usahakan bisa di atas Rp 100 miliar," ungkapnya.
Indra menyebut rasio NPF BJB Syariah per Desember 2017 masih di level 22 persen secara gross. Pada kuartal I 2018 rasio NPF turun mencadi 21 persen.
BJB Syariah melakukan beberapa strategi untuk menurunkan rasio NPF. Antara lain melalui hapus buku, penagihan, dan restrukturisasi. Pencadangan sudah dilakukan pada 2017 sampai dengan 90 persen. Artinya dari total pembiayaan bermasalah, sebanyak 90 persen dicadangkan. "Tahun ini kami usahakan bisa kembali pencadangannya," kata Indra.