EKBIS.CO, SINGAPURA -- Harga minyak dunia sepanjang pekan lalu melonjak. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran aksi militer Amerika Serikat (AS) di Suriah, dan tergerusnya persediaan minyak global.
Dilaporkan Reuters, Senin (16/4), harga minyak mentah Brent pada penutupan perdagangan pekan lalu mencapai 72,58 per barel atau melesat 8 persen. Sementara itu, kenaikan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) yang baik sebesar 8 persen secara mingguan menjadi 67,39 dolar AS per barel. Kenaikan harga minyak acuan ini merupakan yang terbesar sejak Juli 2017.
Analis dari Partner Again Capital Management, John Kiduff mengatakan, para trader mengunci posisi beli pada kontrak minyak mentah sebelum akhir pekan. Sebab, kondisi di Suriah telah memberikan risiko pada stabilitas global, mengingat hubungannya dengan negara produsen minyak besar lainnya.
"Suriah merupakan klien dari Rusia dan Iran, risiko dari eskalasi tensi cukup tinggi. Itu yang membuat pasar khawatir," kata Kilduff.
Berdasarkan data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS, para manajer keuangan memangkas taruhan pada posisi harga minyak mentah yang bakal naik selama dua pekan. Pada Rabu pekan lalu, kedua harga minyak acuan menyentuh level tertinggi sejak 2014 setelah Presiden AS Donald Trump mengingatkan serangan peluru akan datang sebagai reaksi atas dugaan serangan gas beracun di Suriah.
Adapun, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Kamis pekan lalu menyatakan kelebihan persediaan minyak global. Total produksi minyak Maret 2018 tercatat 31,96 juta barel per hari atau turun 201 juta barel per hari dari bulan sebelumnya.