EKBIS.CO, JAKARTA -- Manajemen Garuda Indonesia memastikan, kegiatan operasional penerbangan akan tetap berlangsung secara normal di tengah isu ancaman pemogokan oleh Serikat Karyawan Garuda (SEKARGA) dan Asosiasi Pilot Garuda (APG). Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia, Sari Suharso menjelaskan, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah mitigasi untuk mengantisipasi kondisi tersebut.
Untuk masukan APG dan SEKARGA terkait hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Garuda Indonesia 2018, manajemen tetap mengapresiasinya. "Pada prinsipnya kami membuka ruang seluas-luasnya kepada rekan rekan Sekarga dan APG untuk berdiskusi dan bermusyarah terkait concern rekan rekan terkait perkembangan dan keberlangsungan perusahaan," tutur Sari dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (2/5).
Mengenai sorotan serikat mengenai pengangkatan direksi Garuda Indonesia sesuai hasil RUPST, manajemen menyampaikan bahwa penentuan susunan dan struktur direksi Garuda Indonesia merupakan kewenangan penuh pemegang saham dan Kementerian BUMN RI. Berdasarkan hasil RUPST 2018, pemegang saham juga telah mengakomodasi tuntutan serikat sebelumnya dalam kaitan pengurangan jumlah direksi. Posisi direktur produksi ditiadakan dan mengangkat direktur operasi dan direktur teknik. Adapun mengenai penyesuaian susunan direksi yang diputuskan pada RUPST 2018 tersebut tentunya mempertimbangkan tantangan bisnis yang ada.
"Kami juga menyesuaikan dengan volume bisnis perusahaan yang terus meningkat sejalan dengan ekpansi bisnis yang dijalankan perusahaan," ujar Sari.
(Baca: Karyawan Garuda Indonesia Ancam Mogok Kerja)
Pada 2017, Garuda Indonesia berhasil membukukan pendapatan operasional sebesar 4,2 miliar dolar AS atau meningkat 8.1 persen dibandingkan tahun 2016. Manajemen juga berhasil merealisasikan peningkatan kapasitas produksi sebesar 13% - 15% yang ditunjang oleh upaya optimalisasi rute dan peningkatan kapasitas armada.
Peningkatan kapasitas produksi tersebut salah satunya juga dilakukan dengan meningkatkan utilitas pesawat. Yakni dari 9 jam 36 menit pada 2017, ditargetkan menjadi 10 jam 24 menit di tahun 2018.
Sari mengatakan, Garuda Indonesia juga terus memaksimalkan kinerja operasional yang sebelumnya sempat terdampak akibat force majeur erupsi Gunung Agung. Tapi, saat ini kondisi operasional perusahaan sudah berlangsung kondusif. Bahkan, capaian tingkat ketepatan waktu sempat menyentuh angka diatas 90% pada periode peak season akhir tahun lalu. Pada 2018, Garuda Indonesia juga akan meningkatkan level pelayanan yang salah satu indikator keberhasilan adalah on time performance (OTP) / tingkat ketepatan waktu. Poin ini ditargetkan mencapai 91% .
Mengenai sorotan kinerja keuangan, Garuda Indonesia juga berhasil menekan tren kerugian dari 1Q-2017 sebesar 99,1 juta dolar AS menjadi 38,9 juta dolar AS pada 2Q-2017. Garuda Indonesia juga telah berhasil membukukan laba operasi sebesar 61,9 juta dolar AS pada periode 3Q-2017 (diluar tax amnesty dan extraordinary items sebesar 145 juta juta dolar AS). Jumlah itu naik 216.1 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.