EKBIS.CO, CIREBON -- Para petani di sentra produksi beras Kabupaten Cirebon dan Indramayu sangat menentang kebijakan impor beras yang kembali dilakukan pemerintah. Telebih lagi, saat ini petani sedang panen raya dengan produksi yang meningkat.
"Ditengah panen raya dan produksi yang meningkat, kok malah impor? Pantas tidak?," kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indnesia (HKTI) Kabupaten Cirebon, Tasrip Abu Bakar, saat dihubungi Republika, Kamis (17/5).
Tasrip mengatakan, produksi panen petani di Kabupaten Cirebon saat ini rata-rata mengalami kenaikan sekitar sepuluh persen. Yakni dari 5,5 ton per hektare pada tahun lalu menjadi 6,1 ton per hektare pada tahun ini.
Ditengah panen raya saat ini, lanjut Tasrip, harga gabah petani terus mengalami penurunan. Untuk gabah kering giling (GKG), harganya kini Rp 4.400 per kg. Padahal saat awal panen, harga GKG masih Rp 4.800 per kg.
Tasrip pun menyoroti kinerja Bulog yang dinilainya tidak berperan dalam menyerap gabah petani. Saat ini, gabah petani diserap oleh tengkulak atau pengepul. Padahal, pengepul itu nantinya rentan mempermainkan harga gabah dan beras di saat petanisudah tidak memiliki stok gabah lagi.
Tarip juga menilai ada sistem yang mesti dibenahi dalam rantai penjualan beras. Dia mengatakan, dengan harga gabah di tingkat petani yang kini mencapai Rp 4.400 per kg, maka harga beras di pasaran semestinya Rp 7.500 per kg. Namun kenyataannya, harga beras masih di kisaran Rp 10 ribu per kg.
"Ada sistem yang harus diperbaiki. Bukan dengan cara impor," kata Tasrip menegaskan.
Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang. Dia pun menolak dengan tegas impor beras yang kembali dilakukan pemerintah.
"Sekarang sedang panen raya. Harga gabah petani juga turun terus," kata Sutatang.
Sutatang menyebutkan, harga GKG di tingkat petani di Kabupaten Indramayu saat awal panen mencapai Rp 5.000 Rp 5.500 per kg. Namun saat ini, harganya turun menjadi Rp 4.800 per kg.
Secara kuantitas, lanjut Sutatang, produksi panen petani meningkat dibandingkan tahun lalu. Dia menyebutkan, saat ini produksi panen bisa mencapai di kisaran 8,2 tonper hektare.
Selain itu, secara kualitas, hasil panen kali ini juga bagus karena didukung faktor cuaca dan relatif aman dari serangan hama.
Sutatang menyatakan, impor beras yang dilakukan pemerintah sangat merugikan petani. Apalagi, petani sudah berusaha keras untuk menghasilkan produksi beras dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi.