EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Mandiri bekerja sama dengan Perum Bulog untuk menyiapkan pembiayaan sebagai modal kerja bagi petani mitra kerja on farm Bulog. Perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi dan Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum Bulog Imam Subowo di Jakarta, Rabu (23/5).
Dalam kerjasama ini, Bank Mandiri akan memberikan fasilitas pembiayaan murah berskema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan bunga 7 persen efektif per tahun ke petani mitra on farm aktif yang direkomendasikan Bulog. Sebaliknya, Bank Mandiri pun dapat merekomendasikan petani penerima pembiayaan perseroan untuk menjadi mitra Bulog.
Saat ini, petani mitra kerja on farm Bulog di seluruh Indonesia tidak hanya bekerja pada pertanian padi. Melainkan juga pada sektor komoditas pertanian lain, seperti jagung, kedelai, bawang merah, dan lainnya.
Pada tahap awal, program ini akan menyasar ke petani padi mitra kerja Bulog di Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, dan selanjutnya akan meluas ke daerah lainnya di Indonesia. Di Majalengka, sekitar 5.100 petani pemegang Kartu Tani dari Bank Mandiri juga akan direkomendasikan untuk menjadi petani mitra on farm Bulog.
"Melalui kerjasama ini, kami berharap para petani mitra Bulog akan semakin termotivasi dalam meningkatkan produktivitas. Dengan begitu dapat membantu meningkatkan taraf hidup mereka serta mendukung upaya penguatan ketahanan pangan nasional," kata Hery melalui siaran pers, Rabu, (23/5).
Ia menjelaskan, penyaluran pembiayaan kepada petani mitra Bulog merupakan salah satu strategi perseroan dalam mengelola aset produktif. Pasalnya, petani mitra telah memperoleh jaminan pembelian hasil panen oleh Bulog sehingga meminimalisir potensi terjadinya kredit bermasalah di kemudian hari.
Inisiatif sinergi ini, kata dia, juga mendukung keinginan perseroan untuk meningkatkan porsi penyaluran KUR ke sektor produktif hingga 50 persen dari target KUR keseluruhan Rp 14,56 triliun pada tahun ini. Dari realisasi penyaluran KUR per April 2018 sebesar Rp 5,28 triliun ke 85.235 debitur, porsi ke sektor produktif telah mencapai sekitar 41 persen atau sekitar Rp 2,18 triliun.