EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto pada tahun depan berada di kisaran 7,5 persen-8,3 persen. Pertumbuhan investasi sebesar ini diharapkan bisa tercapai seiring dengan perbaikan iklim berusaha yang telah dilakukan pemerintah.
"Investasi akan terus kita jaga momentum perbaikannya yang sudah mulai terjadi di kuartal pertama 2018," kata Sri Mulyani saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR membahas Kerangka Ekonomi Makro 2019 di Jakarta, Senin (4/6).
Sri Mulyani mengatakan upaya menjaga momentum pertumbuhan investasi tersebut dengan menjaga kepercayaan investor swasta melalui kemudahan proses berusaha maupun pemberian insentif fiskal untuk mendorong pembangunan industri. "Investasi terus akan diperkuat termasuk memberikan insentif, melakukan simplifikasi regulasi atau reformasi di bidang birokrasi dan perizinan, dan bahkan meluncurkan single submission yang akan segera dilakukan oleh pemerintah," ujarnya.
Selain itu, tambah Sri Mulyani, pembangunan sarana infrastruktur juga dilaksanakan secara berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas maupun mobilitas kegiatan investasi dalam jangka pendek maupun panjang di seluruh wilayah Indonesia.
Pada Kuartal I-2018, kinerja investasi telah mencatatkan pertumbuhan hingga 7,95 persen seiring dengan peningkatan belanja modal atau merupakan pencapaian tertinggi sejak periode 2014. Peningkatan investasi ini yang menjadi salah satu penyebab tingginya impor pada awal 2018 karena adanya impor bahan baku maupun bahan modal yang dibutuhkan untuk ekspansi usaha dari sektor industri pengolahan besar.
Pertumbuhan impor yang tinggi juga diproyeksikan pemerintah masih terjadi di 2019 yaitu pada kisaran 6,2 persen-7,6 persen. Untuk mesin pertumbuhan ekonomi lainnya, Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekspor pada kisaran 6 persen-7,2 persen sebagai antisipasi dari kebijakan proteksionisme perdagangan AS yang juga berpotensi menyebabkan terjadinya perang dagang.
"Perkembangan trade policy oleh AS yang sangat proteksionis bisa menimbulkan dampak kepada negara-negara partner dagang utamanya. 'Spillover'-nya kepada seluruh perdagangan dunia juga akan terjadi dan kita perkirakan akan mulai terasa pada kuartal ketiga dan semester kedua tahun ini," katanya.
Sedangkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2019 diharapkan bisa mencapai kisaran 5,1 persen-5,2 persen melalui dukungan perbaikan pendapatan, tingkat inflasi yang rendah serta penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat kurang mampu dengan tepat waktu dan tepat sasaran.
Dengan perkiraan dari seluruh komponen penyumbang ekonomi ini, maka pertumbuhan ekonomi pada 2019 diproyeksikan mencapai kisaran 5,4 persen-5,8 persen. "Dengan tekanan yang terjadi secara global, kami perkirakan proyeksinya lebih kepada the lower end," ujar Sri Mulyani.