EKBIS.CO, YOGYAKARTA -- Jumlah investor retail DIY di pasar modal Indonesia semakin meningkat. Pada 2009 jumlah investor di DIY baru 900 orang, sedangkan sampai Mei 2017 meningkat menjadi sekitar 29 ribu orang. Adapun sampai Mei 2018 jumlah investor di DIY tercatat mencapai 35.992 orang.
"Berarti jumlah investor di DIY di pasar modal Indonesia sekitar 10 persen dari total penduduk DIY," kata Kepala Kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Yogyakarta, Irfan Noor Riza, dalam ramah tamah dan buka puasa bersama Bursa Efek Indonesia di Horisson Ultima Riss Hotel, Senin (11/6).
Kenaikan tersebut didorong dari berbagai hal. Di antaranya, masyarakat di DIY mulai melek investasi di pasar modal Indonesia melalui adanya galeri investasi di perguruan tinggi yang turun sampai di desa. Serta adanya sekolah pasar modal di kantor Bursa Efek Indonesia .
Lebih lanjut Irfan mengungkapkan bahwa DIY sebagai pelopor yang pertama kali mengadopsi program dari pusat yakni galeri investasi di kampus. Saat ini galeri investasi ini sudah ada di 35 perguruan tinggi se DIY.
"Sejak lima tahun yang lalu kami menyelenggarakan Sekolah Pasar Modal (SPM) di kantor (red. BEI Perwakilan DIY). Di tahun ini saja, sejak Januari sampai Mei setiap bulan menyelenggarakan empat sampai lima kali SPM," katanya.
Dikatakan, setiap kelas SPM terdapat sebanyak 20 orang dan langsung menjadi investor. "Jadi dalam kurun lima bulan sebanyak 500 investor sudah kami ciptakan melalui kantor," ujarnya.
Belum lagi, Irfan menambahkan, investor yang diciptakan di kampus, komunitas, dan desa. "Kami akan membuat alumnus SPM. Harapannya investor semakin bertumbuh, semakin banyak masyarakat DIY yang memanfaatkan investasi pasar Indonesia, maka semakin sejahtera," kata dia.
Ia mengatakan mulai tahun ini pihaknya akan membuat galeri edukasi di lima sekolah SMA (SMA Muhammadiyah, MAN, SMA Pangudi Luhur, SMAN 5, dan SMAN 1 Muntilan) dan akhir 2018 akan diresmikan. Tujuannya membuat masyarakat / siswa SMA melek investasi secara edukasi.
"Edukatornya, kami bersama galeri investasi di perguruan tinggi yang merupakan kepanjangan kami untuk pasar modal," jelasnya.
Dikatakan, kampus memiliki program Tri Dharma Perguruan Tinggi dan pihaknya menyinergikan dengan program yang ada di BEI. "Galeri investasi kampus ini juga turun ke galeri investasi desa. Jadi galeri investasi desa dan galeri edukasi di SMA di bawah naungan kampus," kata Irfan.
Pada bagian lain Irfan mengungkapkan data investasi bodong di OJK selama 10 tahun (tahun 2007-2017) mencapai Rp 105,81 triliun dengan korban jutaan orang. Artinya, masyarakat butuh wahana investasi, tetapi belum teredukasi dengan baik. Sehingga masuk ke iming-iming wahana investasi bodong.
"Dengan demikian nanti kalau laju investasi bodong bisa direm, dan masyarakat melek investasi, maka akan memanfaatkan wahana investasi pasar modal," ujar dia.