EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, Indonesia tidak perlu terlalu risau dengan ancaman perang dagang. Menurut Darmin, Indonesia justru perlu fokus untuk membenahi defisit neraca perdagangan yang terjadi sepanjang 2018.
"Perang dagang itu antara negara-negara besar, imbasnya bisa negatif, bisa positif. Indonesia akan lebih banyak menyiapkan urusannya sendiri. Sejak dua sampai tiga bulan lalu kurs terganggu kemudian neraca perdagangan kita masih negatif," kata Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Kamis (21/6).
Baca juga, Perang Dagang AS-Cina dan Runtuhnya Masa Depan WTO?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang Indonesia pada Januari hingga April 2018 mengalami defisit sebesar 1,31 miliar dolar AS. Darmin mengaku, fokus pemerintah terkait perdagangan adalah mengatasi defisit.
Ia menjelaskan, impor dalam beberapa waktu terakhir meningkat tajam karena dipengaruhi oleh persiapan Lebaran. Selain itu, ekspor juga mengalami perlambatan terutama karena kebijakan negara tertentu seperti India yang mengenakan bea masuk tinggi kepada produk minyak kelapa sawit.
"Perdana Menteri India (Narendra Modi) sudah datang ke sini beberapa pekan lalu dan Presiden (Joko Widodo) sudah menitip tolong diperhatikan bahwa kita punya kerja sama perdagangan. Masa kita dikenakan bea masuk yang tinggi?" kata Darmin.
Kendati demikian, jika Indonesia terdampak perang dagang seperti salah satunya kebanjiran produk baja asal Cina, maka pemerintah juga siap melakukan kebijakan anti-dumping. "Dari sana nanti akan muncul dialog apa yang seharusnya dilakukan agar tidak saling merugikan," kata Darmin.
Baca juga, Investasi Cina di AS Merosot Tajam