Kamis 07 Nov 2024 15:56 WIB

Menilik Kebijakan Trump yang Kontroversial pada Masa Pemerintahan di 2017-2021 

Trump menetapkan bea masuk barang asal China pada 2018.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Presiden terpilih AS, Donald Trump. Berikut sejumlah kebijakan Trump yang menuai kontroversi saat menjabat pada periode 2017-2021.
Foto: AP Photo/John Locher
Presiden terpilih AS, Donald Trump. Berikut sejumlah kebijakan Trump yang menuai kontroversi saat menjabat pada periode 2017-2021.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 dalam pemilihan presiden (Pilpres AS) 2024, setelah mengalahkan Kamala Harris. Trump yang merupakan Presiden AS ke-45 tersebut merupakan pemimpin Negeri Pam Sam yang kebijakan-kebijakannya kerapkali kontroversial. 

Pada masa pemerintahan AS yang dipimpinnya pada sekira 2017—2021 lalu, tak jarang sosok Trump memunculkan kontroversi di publik. Kebijakan-kebijakan kontroversi yang dilakukan oleh Trump pada saat itu mulai dari perang dagang dengan China, reformasi kebijakan imigrasi, travel ban untuk negara mayoritas muslim, hingga keluar dari Paris Agreement.  

Baca Juga

Mengutip dari berbagai sumber, berikut kebijakan-kebijakan kontroversial yang dilakukan Trump pada masa pemerintahannya yang lalu.

Perang Dagang AS-China 

Hubungan AS dan China kerap tegang selama kepemimpinan Trump. Perang dagang antara kedua negara itu bermula pada sekira 2018. Perang dagang itu awalnya dipicu dari data posisi neraca perdagangan AS yang defisit terhadap China. 

Pada Januari 2018, Trump menetapkan kebijakan menaikkan bea masuk impor panel surya dan mesin cuci terhadap China, yakni masing-masih menjadi 30 persen dan 20 persen. Diketahui, sekitar 8 persen impor panel surya AS pada 2017 berasal dari China dan impor mesin cuci rumah tagga dari China sekitar 1,1 miliar dolar AS pada 2015. 

Lalu, pada Maret 2018, Trump mengumumkan tarif baja dan aluminium masing-masing sebesar 25 persen dan 10 persen. AS diketahui mengimpor sekitar 3 persen baja dari China. 

Pada bulan yang sama, Trump meminta perwakilan dagang AS (USTR) untuk menyelidiki tarif barang-barang China senilai 50—60 miliar dolar AS. Ia mengandalkan bagian 301 UU Perdagangan tahun 1974, dengan menyatakan bahwa tarif yang diusulkan merupakan respons terhadap praktik perdagangan China yang tidak adil selama bertahun-tahun, termasuk pencurian kekayaan intelektual AS. Lebih dari 1.300 kategori impor China tercantum untuk tarif, termasuk suku cadang, pesawat terbang, baterai, televisi layar datar, perangkat medis, satelit, dan sejumlah senjata. 

China pun melawan sikap AS tersebut. Presiden Xi Jinping ikut menaikkan tarif produk daging babi, skrap aluminium, pesawat terbang, mobil, dan kacang kedelai hingga 25 persen. Serta memberlakukan tarif 15 persen terhadap komoditas kacang-kacangan dan pipa baja. Total ada 128 produk AS yang dikenai tarif oleh China ketika itu. 

Perang dagang terus bergulir, pada Agustus 2019 angka resmi dari China menunjukkan pertumbuhan produksi industrinya turun ke titik terendah dalam 17 tahun akibat perang dagang. Sementara itu,Reuters melaporkan, pada Desember 2019 sektor manufaktur AS mengalami kemerosotan terdalam dalam lebih dari satu dekade disebabkan perang dagang AS-China. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement