Rabu 27 Jun 2018 08:31 WIB

ASAFF 2018 Siap Digelar

Forum ini untuk membangun kekuatan pangan Asia.

Red: Irwan Kelana
Panitia Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) 2018 menggelar jumpa pers di Jakarta, Sabtu (23/6).
Foto: Dok ASAFF
Panitia Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) 2018 menggelar jumpa pers di Jakarta, Sabtu (23/6).

EKBIS.CO, JAKARTA – Perhelatan Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) yang diselenggarakan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sudah siap dilaksanakan pada 28 – 30 Juni 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.

Siaran pers Panitia ASAFF 2018 yang diterima Republika.co.id, Senin (25/6) menyebutkan, ASAFF 2018 mengusung tema “Transforming Challenges into Opprotunities: Agricultural Innovation and Food Security”. Ada lima program kegiatan utama, yaitu Konferensi Pangan Asia, Pameran Pertanian Asia, Forum Bisnis, Food Festival, dan Anugerah Penghargaan Inovasi Pertanian.

Konferensi internasional mengenai pertanian dan keamanan pangan menghadirkan sejumlah nara sumber kompeten dari dalam negeri dan sejumlah negara Asia. Ketua Umum HKTI Moeldoko dan Stephen Rudgard dari FAO perwakilan Indonesia dan Timor Leste akan menjadi pembicara kunci. Tema yang mereka bawakan adalah mengenai Agricultural Innovation System to Enhance Food Security (Sistem Inovasi Pertanian untuk Meningkatkan Keamanan Pangan).

Dalam keterangannya, Moeldoko, mengemukakan bahwa HKTI menggelar Asian Agriculture and Food Forum 2018 adalah  untuk membangun kekuatan pangan dan pertanian di negara-negara Asia.

“Melalui ajang ASAFF dan konferensi yang bicara masalah pertanian, inovasi dan industri terkini yang berkaitan dengan ancamam food security dan juga water security ini kita harapkan bersama bahwa kita akan menuju kepada kondisi Asia yang semakin baik,” kata Moeldoko yang juga menjabat Kepala Staf Presiden Republik Indonesia.  

Ketua Komite Penyelenggara (Steering Committee) ASAFF, Bambang Budi Waluyo menambahkan,  seluruh persiapan acara termasuk konferensi telah siap dilaksanakan. “Sudah ada ratusan peserta konferensi yang telah mendaftar baik secara langsung maupun melalui online dan media sosial kepada panitia,” ujarnya.

Ia mengungkapkan, konferensi yang akan berlangsung sehari penuh pada 28 Juni 2018 menampilkan sekitar 15 pembicara yang terdiri dari pakar, pemegang kebijakan, pengusaha, dan praktisi pertanian. Salah seorang nara sumber asing adalah Sazzard Parwez dari Indian Institute of Health Management Research, Jaipur,  India.

Ada empat sesi konferensi yang digelar pada ASAFF ini yaitu mengenai Sistem Inovasi Pertanian di Negara-negara Asia, Peran Bisnis dan Perusahaan Dalam Mata Rantai Pertanian, Dimensi Sosial-politik Dalam Pertanian dan Keamanan Pangan, lalu Pertanian dan Revolusi Industri Keempat.

Menurut Ketua Panita (Organizing Committee) ASAFF 2018, Winston P Simanjuntak, sejumlah negara Asia melalui para duta besarnya di Jakarta menyatakan sangat mendukung forum ini. Mereka berharap kegiatan ini bisa berlangsung secara reguler karena sangat bermanfaat sebagai ajang komunikasi dan sosialisasi pembangunan dan perkembangan pertanian dan pangan negara masing-masing. Sejumlah negara turut serta dalam konferensi dan pameran ASAFF tersebut.

Menurut Moeldoko, acara ini juga merupakan salah satu bentuk dukungan HKTI sebagai mitra pemerintah terhadap target pencapaian swasembada pangan Kementerian Pertanian RI pada 2018.  Swasembada pangan nasional bertujuan memenuhi kebutuhan pangan nasional. Setelah itu pemerintah juga bercita-cita dapat menjadi pemasok bahan pangan utama di dunia pada 2045 mendatang.

“Target itu dapat terwujud dengan mempertimbangkan besarnya sumberdaya yang ada termasuk besarnya keanekaragaman hayati dan ekosistem pertanian, luasnya potensi lahan subur untuk pertanian, melimpahnya tenaga kerja, tersedianya inovasi dan teknologi, dan besarnya potensi pasar dalam negeri dan internasional,” paparnya.

Capaian pembangunan pertanian pemerintah RI terebut juga telah mendapat apresiasi dari Food and Agriculture Organization (FAO). Lembaga pangan PBB itu menilai Indonesia memiliki peluang untuk mengekspor produk pertaniannya dengan adanya kenaikan produksi. Namun menurut FAO, untuk memasarkan produk pertanian ke luar negeri, produk itu sendiri harus berdaya saing, efisien, spesifik, dan organik.

FAO berharap agar Indonesia dapat menjadi promotor sistem pertanian Low external input sustainable agriculture (Leisa) dan organik. Leisa merupakan sistem pertanian berkelanjutan dengan input luar yang rendah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dengan efisien. Hal inilah antara lain yang akan didialogkan dalam ASAFF 2018 HKTI.

Kegiatan ASAFF 2018 ini akan dimeriahkan dengan beberapa program seperti pameran pertanian, konferensi keamanan pangan dan inovasi pertanian, forum bisnis, festival pangan, dan Anugerah Inovasi Peranian. Selama pameran berlangsung digelar berbagai kegiatan berupa takshow, sharing session, karya petani milenial, karya perempuan tani, festival makanan Nusantara dan Asia, serta edutainment, berbagai prorgram edukasi yang dikemas menarik dan menghibur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement