Senin 02 Jul 2018 05:45 WIB

Rini: BUMN Siap Gunakan Hedging Hadapi Pelemahan Rupiah

BUMN yang menggunakan valas dalam jumlah besar yakni PT Pertamina (Persero)

Red: Nidia Zuraya
Hedging Utang BUMN
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Hedging Utang BUMN

EKBIS.CO, BANYUWANGI -- Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, perusahaan milik negara yang operasionalnya menggunakan valuta asing siap menggunakan fasilitas lindung nilai (hedging) dalam menghadapi kondisi nilai tukar rupiah yang kembali melemah terhadap dolar AS. Adapun produk-produk transaksi lindung nilai meliputi forward, swap, option, cross currency swap dan interest rate swap.

"Pada dasarnya kita ada instrumen hedging yang bisa digunakan antar-BUMN melalui fasilitas swap untuk membantu pengelolaan risiko keuangan," kata Rini Soemarno dalam kunjungan kerjanya di Jember dan Banyuwangi, Jawa Timur, Ahad (1/7).

Baca juga, Sosialisasi Hedging Syariah Masih Perlu Digencarkan

Menurut Rini, dalam melakukan lindung nilai harus dilihat dari sisi BUMN yang melakukan ekspor maupun impor karena memang membutuhkan dan menerima devisa dalam bentuk valuta asing. Ia menjelaskan, salah satu BUMN yang menggunakan valas dalam jumlah besar setiap hari yaitu PT Pertamina (Persero) yang mencapai sekitar 150 juta dolar AS atau setara dengan sekitar Rp 2,5 triliun.

Selanjutnya, BUMN yang menerima pendapatan dalam valuta asing, antara lain PT Aneka Tambang Tbk (Persero), PT Bukit Asam Tbk (Persero), PT Timah Tbk (Persero), PT PGN Tbk (Persero), PT Pupuk Indonesia Tbk (Persero), PT Pelindo II (Persero) dan Garuda Indonesia.

"Fasilitas hedging bagi BUMN yang membutukan valas untuk keperluan impor, tetapi di sisi lain juga banyak BUMN yang mendapatkan dolar dari hasil ekspor. Ini bisa dimanfaatkan untuk mengcover kebutuhan valas dalam negeri," ujarnya.

Meski begitu, Rini tidak menyebutkan berapa lama kemapuan pemerintah dalam menyediakan fasilitas hedging tersebut yang dimaksud. Ia hanya menjelaskan bahwa skenario lindung nilai sudah pernah dijalankan BUMN pada tahun 2016 ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot tajam hingga ke level Rp 14.500.

"Ini 'kan kita lihat berapa lama penguatan dolar AS. Saat ini rupiah melemah, tapi satu saat juga pasti menguat," tegasnya.

Ia menambahkan, bahwa yang perlu dijaga saat ini adalah kemampuan BUMN secara kelompok bisnis untuk saling mendukung, sehingga diharapkan kinerja keuangan bisa tetap sehat.

Dalam beberapa bulan terakhir nilai tukar rupiah cenderung melemah, bahkan sempat menyentuh level terendah sejak pertengahan Desember 2015. Nilai tukar rupiah pada perdangangan antarbak di Jakarta, Jumat (29/6) ditransaksikan pada level Rp 14.330 per dolar AS.

Meski begitu, Bank Indonesia memandang pelemahan nilai rupiah terutama setelah libur panjang Lebaran 2018 masih dapat dimaklumi karena kencangnya tekanan pasar keuangan menyusul ekspektasi empat kali kenaikan suku bunga The Federal Reserve.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement