Jumat 06 Jul 2018 07:22 WIB

Perluas Akses Pasar IKM, Kemenperin Gandeng Gojek dan Google

Potensi pasar e-commerce di Indonesia akan mencapai 46 miliar dolar AS pada 2025

Red: Nidia Zuraya
ecommerce
ecommerce

EKBIS.CO, JAKARTA -- Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih menyampaikan, pihaknya akan berupaya menggandeng Go-Jek dan Google untuk meningkatkan akses pasar dan kemampuan para pelaku IKM dalam negeri.

"IKM kita harus update dengan teknologi digital. Hal ini seiring dengan implementasi industri 4.0. Selain itu, pentingnya manajemen keuangan yang baik dan menghasilkan produk yang memenuhi standar agar lebih bersaing dengan kompetitor," kata Gati melalui keterangannya di Jakarta, Kamis (5/7).

Gati mengatakan hal itu seusai workshop e-Smart IKM di Surabaya. Gati menambahkan, pelaku IKM perlu mengambil peluang dari potensi pasar e-commerce di Indonesia yang akan mencapai 46 miliar dolar AS atau 52 persen dari potensi pasar e-commerce di Asia Tenggara sebesar 88 miliar dolar AS pada 2025.

"Untuk itu, kami telah membuat platform digital e-Smart IKM yang telah diluncurkan sejak Januari 2017," ujarnya.

Di dalam sistem basis data e-Smart IKM tersebut, tersaji tentang profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan beberapa "marketplace" untuk tujuan semakin meningkatkan akses pasar IKM melalui pemasaran internet.

Beberapa marketplace dalam negeri yang telah diajak kerja sama oleh Kemenperin, yakni Bukalapak, Tokopedia, Blibli, Shopee, dan Blanja.com. "Pada 2017, sebanyak 1.730 pelaku IKM telah mengikuti program e-Smart IKM. Sementara tahun 2018, kami menargetkan lebih dari 4.000 IKM bisa terlibat untuk masuk ke dalam pasar online melalui marketplace yang telah ada," paparnya.

Gati mengungkapkan, hingga saat ini, sektor usaha yang tingkat penjualannya paling banyak melalui e-Smart IKM adalah produsen aksesoris handphone dan suku cadang sepeda motor. Sedangkan, dari sisi jumlah, sektor IKM makanan dan minuman yang paling banyak.

Menurutnya, provinsi Jawa Timur, merupakan salah satu lokasi yang potensial dalam pertumbuhan produksi industri manufaktur khususnya sektor IKM. "Pertumbuhan produksi industri di Jawa Timur pada kuartal I tahun 2018 sebesar 14,42 persen. Capaian tersebut, lebih tinggi 13,45 persen jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi pada kuartal yang sama 2017," ungkapnya.

Nilai pertumbuhan produksi industri manufaktur skala besar di Jawa Timur tersebut, jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil nasional yang naik sebesar 5,25 persen, maka pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil di Jawa Timur pada kuartal I tahun 2018 (yoy) lebih tinggi 9,17 persen.

Beberapa sektor industri manufaktur mikro dan kecil di Jawa Timur pada kuartal I 2018 (yoy) yang mengalami kenaikan pertumbuhan lebih dari 10 persen, yakni industri furnitur 12,18 persen, industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki 16,65 persen, serta industri pakaian jadi 20,41 persen.

Selanjutnya, industri barang galian bukan logam 23,73 persen, industri kertas dan barang dari kertas 27,95 persen, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia 38,28 persen, serta industri pencetakan dan reproduksi media rekaman 45,60 persen.

"Ke depan, kami pun akan membuat sentra bahan baku untuk memfasilitasi pembelian bagi pelaku IKM sehingga produksi mereka akan berkelanjutan," katanya menambahkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement