EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jenderal Energi Terbarukan, Kementerian ESDM, Rida Mulyana optimistis target bauran energi bisa tercapai pada 2025 mendatang. Pemerintah menargetkan bauran energi mencapai 23 persen pada 2025 mendatang.
Rida tak menampik untuk mencapai target ini bukan hal yang mudah. Tapi, dengan target tersebut pemerintah menjadi memiliki tantangan untuk bisa mewujudkan energi bersih di Indonesia. Namun, kata Rida, energi bersih saja tidak cukup. Energi bersih juga perlu mudah di akses oleh masyarakat.
"Kita berupaya untuk mencapai itu. Meski saya tidak menampik banyak orang bilang ini terlalu ambisius. Sulit, iya. Tapi ini challange," ujar Rida di Kementerian ESDM, Senin (16/7).
Baca juga, Investasi Energi Terbarukan Masih Sepi Peminat.
Rida mengatakan saat ini bauran energi baru mencapai 13 hingga 14 persen. Mayoritas energi baru terbarukan (EBT) yang bisa berkembang dengan baik di Indonesia adalah PLTA dan PLT Geothermal. "Air yang saat ini memang murah karena teknologinya juga sudah berkembang," ujar Rida.
Untuk bisa mencapai target ini, pemerintah sudah mengalokasikan beberapa insentif buat investor. Insentif yang saat ini sudah diberikan oleh pemerintah antara lain adalah bebas bea masuk untuk semua alat dan teknologi. "Insentif kan udah, bea masuk kan itu. Itu kan sudah gak ada bea masuk kan. Alat alat, teknologi itu bebas bea masuk," ujar Rida
Selain itu, pemerintah juga sudah menyederhanakan perizinan agar investor bisa lebih mudah dalam mengakses pengembangan EBT. Rida juga berkomitmen pemerintah menjaga kepastian investasi. "Pemerintah berusaha untuk tidak mengubah ubah aturan yang sudah ada saat ini sebagai langkah jaminan kestabilan investasi," ujar Rida.
Direktur Eksekutif IEA (International Energy Association), Fatih Birol menjelaskan kepastian investasi yang dimaksud adalah adanya kepastian regulasi dan tidak berubah ubah. Fatih menilai, investasi energi menjadi isu yang sangat krusial di Indonesia saat ini.
Regulasi tak hanya didasari oleh target saja, tetapi juga perlu melihat lebih dalam tentang kebutuhan energi masyarakat. "Investasi di Indonesia menjadi penting untuk menjawab kebutuhan dan juga masalah keberlanjutan," ujar Fatih di Kantor Kementerian ESDM, Senin (16/7).
Khususnya di bidang EBT, kata Fatih merupakan investasi yang cukup menarik untuk dikembangkan. Di tengah kondisi minyak dunia yang harganya semakin meroket, dan kultur negara tetangga yang juga sudah lebih dulu mengembangkan EBT menjadi tantangan yang perlu dijawab oleh pemerintah Indonesia.