EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Adaro Energy mentargetkan proses akuisisi tambang kastrel milik Rio Tinto akan selesai dalam dua bulan mendatang. Saat ini pihak Adaro, EMR dan pihak Rio Tinto masih melakukan proses finalisasi akuisisi.
Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir menjelaskan sampai saat ini proses akuisisi masih berjalan. Hanya saja, kata pengusaha yang akrab disapa Boy ini, salah satu kemajuan dari proses akuisisi ini adalah sudah terjadinya masa transisi direksi di tambang Kastrel.
"Kastrel masih dalam proses. Kita berharap satu dua bulan mendatang akan selesai," ujar Boy di Ritz Caltron, Senin (16/7) malam.
Baca juga, Rio Tinto Tawarkan Harga Saham 3,5 Miliar Dolar AS ke Inalum
Boy menjelaskan proses akuisisi seperti ini bukan hal baru bagi Adaro. Sebelumnya, saat Adaro masih berada dibawah investor Jepang dan akhirnya di akuisisi oleh Boy seperti saat ini juga melewati proses yang sama.
"Manajemen kita memang ada peralihan, ini kan cukup smooth. Dan ini kan biasa. Waktu itu kan bukan di dalem, tapi kemudian dengan cara kita, setelah diambil alih ini membaik. Kita coba usahakan jauh-jauh hari. Rio tinto kita berdayakan. Kelihatan dari laporan," ujar Boy.
Boy mengatakan dalam satu atau dua pekan ini, perseroan akan mengevaluasi proses akuisisi yang sudah berjalan. Nantinya, kata Boy proses transisi dan transaksi bisa selesai bersama sama.
"Ya, dua pekan lagi kita sudah tahap finaslisasi," ujar Boy.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan EMR Capital mendapatkan pinjaman sindikasi dari 11 perbankan senilai 1,57 miliar dolar AS untuk membiayai akuisisi tambang batu bara kokas Kestrel dari Rio Tinto. Total nilai akuisisi ini sekitar 2,2 miliar dolar AS. Sisa dari dana yang harus dibayarkan kata Boy akan diambil dari kas perusahaan.
"Ada yang pinjaman kan ya, tapi sisanya dari equity kita," ujar Boy.
Boy menjelaskan bank-bank yang tergabung dalam sindikasi tersebut adalah bank yang selama ini pernah memberikan pendanaan untuk Adaro, antara lain PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), ANZ Bank, dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).
Boy berharap dengan proses akuisisi tambang Kastrel maka kedepan produksi batubara jenis cooking coal atau batubara kokas bisa meningkat. Jika selama ini Adaro memproduksi batubara cooking coal sebanyak 1 juta ton per tahun, dengan tambahan akusisi ini maka harapannya tambahan produksi bisa bertambah 3 juta ton.
"Tapi saya kedepan pingin 1 sampai 3 juta tambahan produksi. Bertahap lah, nanti kita liat," ujar Boy.
Boy menjelaskan batu bara kokas memiliki nilai ekonomis yang tinggi, saat ini sekitar 140-150 dolar AS per ton. Konsumen batu bara kokas berasal dari Tiongkok, Eropa, Jepang, India, dan Indonesia.