EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekspor tembaga dari PT Freeport Indonesia menjadi kontributor utama penerimaan negara melalui bea keluar. Untuk diketahui, penerimaan bea keluar hingga semester pertama tahun 2018 adalah sebesar Rp 3,28 triliun atau telah melebihi 9,4 persen dari target APBN 2018.
"Itu karena ekspor tembaga, lalu yang kedua adalah minerba lain, kemudian turunan dari CPO (minyak kelapa sawit). Itulah yang menyebabkan kita dapat bea keluar yang relatif lebih bagus," kata Direktur Jenderal Bea Cukai Heru Pambudi di kompleks parlemen, Jakarta pada Kamis (19/7).
Heru menjelaskan, ekspor tembaga menyumbangkan penerimaan negara lewat bea keluar sebesar Rp 2,53 triliun. Secara lebih rinci, Freeport menyumbang bea keluar sebesar Rp 2,24 triliun. Sementara, PT Amman Mineral Nusa Tenggara atau yang dulu dikenal sebagai PT Newmont Nusa Tenggara menyumbang Rp 290 miliar.
Setelah tembaga, penerimaan bea keluar ditopang oleh ekspor nikel Rp 360 miliar, bauksit Rp 156 miliar, produk kelapa sawit Rp 129 miliar, kemudian kayu dan kulit sebesar Rp 110 miliar.
Penandatanganan Divestasi Saham Freeport. Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin bersama CEO Freeport-McMoran Inc Richard Adkerson menandatangni perjanjian divestasi saham PT Freeport Indonesia disaksikan Menkeu Srri Mulyani (dari kanan) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/7).
Ekspor komoditas mineral tumbuh signifikan sebesar 181,46 persen hingga semester pertama tahun 2018. Pertumbuhan ekspor komoditas mineral didorong oleh tren perbaikan harga komoditas di pasar internasional dan meningkatnya permintaan di negara-negara tujuan utama. Secara keseluruhan, pertumbuhan penerimaan bea keluar tumbuh sebesar 93,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral, Ignasius Jonan menilai langkah pengambilan saham Freeport Indonesia saat ini merupakan langkah yang tepat. Hal ini mengingat keuntungan yang akan didapat oleh pemerintah akan lebih besar seiring dengan menariknya pergerakan harga tembaga kedepan.
Jonan menjelaskan, tambang Freeport Indonesia tidak hanya menghasilkan emas saja, jumlah tembaga yang diproduksi oleh Freeport selama ini memiliki nilai yang cukup tinggi. Untuk di dalam negeri, kata Jonan, apabila proyek mobil listrik bisa berjalan dengan baik, maka tembaga sebagai salah satu komponen mobil listrik bisa menjadi komoditas yang bernilai investasi tinggi.
"Tapi pandangan pribadi, ini untung. Kenapa? Ini diakuisisi untung. Ini perjalanan panjang 20 tahun, kaitannya sama mobil listrik misalnya, nah kalau massif, maka pemantiknya musti pakai tembaga. Nah, ini bisa ambil ini loh. Nnah, nilai cooper ini besar. Dua tiga tahun terakhir, nilai cooper ini naik," ujar Jonan.
Baca juga, JK Ungkap Mengapa Pemerintah Hanya Kuasai 51 Persen Freeport.
Jonan menjelaskan tak hanya di dalam negeri, perkembangan mobil listrik di negara tetangga saat ini juga sudah massif. Dengan posisi tambang Grasberg yang merupakan tambang emas dan tembaga terbesar nomer dua di dunia membuat investasi ini menarik.
Kedepan, permintaan tembaga akan naik seiring dengan harga tembaga yang juga tidak turun selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Jika, hal ini dilihat secara lebih detail lagi, kata Jonan maka Indonesia mendapatkan potensi keuntungan yang juga lebih besar.