Ahad 22 Jul 2018 14:10 WIB

Cara Pemerintah Stabilkan Nilai Tukar Rupiah

Indonesia mengalami defisit neraca dagang migas yang defisit 5,4 miliar dolar AS.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Dwi Murdaningsih
Neraca Perdagangan Januari Defisit. Truk membawa peti kemas dari Pelabuhan New Priok Kalibaru, Jakarta, Ahad (18/2).
Foto: Republika/ Wihdan
Neraca Perdagangan Januari Defisit. Truk membawa peti kemas dari Pelabuhan New Priok Kalibaru, Jakarta, Ahad (18/2).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah akan berupaya memperbaiki kondisi neraca perdagangan Indonesia. Hal itu, ujarnya, untuk bisa menstabilkan nilai tukar rupiah dari tekanan eksternal.

"Kalau neraca perdagangan surplus, maka tekanan terhadap kita, terhadap arus modal itu akan berkurang. Kalau dia lebih tenang maka kurs akan lebih tenang. Urutannya seperti itu," kata Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Ahad (22/7).

Darmin mengatakan, saat ini Indonesia harus menghadapi tekanan dari perang dagang dan normalisasi kebijakan moneter negara maju. Selain itu, dari dalam negeri, Indonesia menghadapi defisit neraca perdagangan yang terutama disebabkan defisit perdagangan migas.

Untuk diketahui, neraca perdagangan Indonesia pada semester pertama 2018 mengalami defisit 1,02 miliar dolar AS. Kendati neraca dagang nonmigas mengalami surplus 4,4 miliar dolar AS, hal itu tidak mampu mengkompensasi defisit neraca dagang migas yang defisit 5,4 miliar dolar AS.

Ia mengatakan, terkait isu moneter, Bank Indonesia telah merespons dengan menaikkan tingkat suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate hingga mencapai 5,25 persen. Sementara, di sisi pemerintah akan dirumuskan cara mempercepat kenaikan ekspor serta memperlambat impor terutama migas.

Salah satu kebijakan terkini yang diambil pemerintah, kata Darmin, adalah dengan mempercepat kewajiban implementasi bauran minyak kelapa sawit dalam biodiesel sebanyak 20 persen (B20). Hal itu, bagi penggunaan biodiesel untuk Public Service Obligation (PSO) maupun non-PSO. Penggunaan biodiesel PSO adalah seperti pada kereta api maupun kapal. Sementara, non-PSO seperti alat berat di industri.

Darmin menyebut, kebijakan tersebut bisa membuat Indonesia menghemat impor migas sebesar 5,5 miliar dolar AS per tahun. "Kalau kita mengurangi impor (migas), kita menghemat devisa hampir 5,5 miliar dolar AS. Jadi, bisa menutup defisit migas kita," kata Darmin.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement