EKBIS.CO, NEW YORK -- Harga minyak naik untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Rabu (25/7) atau Kamis (26/7) pagi WIB. Penurunan harga minyak dunia ini terimbas data persediaan minyak mentah yang dimiliki Amerika Serikat (AS) jatuh ke tingkat terendah sejak Februari 2015.
Persediaan minyak mentah milik AS ini mengurangi kekhawatiran kelebihan pasokan yang telah membebani pasar dalam beberapa pekan terakhir. Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman September, bertambah 0,49 dolar AS atau 0,67 persen, menjadi menetap di 73,93 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 0,78 dolar AS atau 1,14 persen, menjadi ditutup pada 69,30 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 6,1 juta barel dalam seminggu yang berakhir 20 Juli menjadi 404,9 juta barel. Ini merupakan stok terendah sejak Februari 2015. Padahal para analis memperkirakan angka penurunannya hanya sebesar 2,3 juta barel.
Stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma, turun 1,1 juta barel. EIA mengatakan, angka ini meruoakan yang terendah sejak November 2014.
Data EIA juga menunjukkan stok bensin turun 2,3 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 713 ribu barel. Sementara itu, stok bensin Midwest AS jatuh ke posisi terendah secara musiman sejak 2015.
"Permintaan produk yang lebih kuat melengkapi laporan yang mendukung, mendorong penarikan yang lumayan untuk stok bensin," kata Matt Smith, direktur riset komoditas di ClipperData.
Namun, kenaikan harga dibatasi setelah rilis data, karena mayoritas penarikan stok minyak mentah berada di wilayah Pantai Barat, yang juga dikenal sebagai PADD 5. Persediaan di wilayah ini turun paling banyak sejak Desember 2011.
"Pasar biasanya mendiskon penarikan persediaan besar ketika mereka terkonsentrasi di Pantai Barat," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York.
Harga juga didukung oleh laporan Dana Moneter Internasional (IMF) tentang melonjaknya inflasi di Venezuela. "Inflasi di Venezuela menunjukkan kemampuan yang terbatas bagi negara itu untuk meningkatkan produksi minyak," kata Stephen Innes, seorang pedagang di broker OANDA.
"Produksi minyak Venezuela telah jatuh ke level terendah baru 30 tahun sebanyak 1,5 juta barel per hari pada Juni," katanya.
Harga minyak telah mengalami tekanan bulan ini karena perselisihan perdagangan antara AS dan Cina serta blok ekonomi utama lainnya, telah meningkatkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan permintaan energi yang lebih lemah.
Laporan bahwa Cina akan meningkatkan belanja infrastruktur mengurangi beberapa kekhawatiran bahwa ketegangan perdagangan AS-Cina akan melemahkan permintaan Cina untuk minyak.