EKBIS.CO, JAKARTA - BNI Syariah menargetkan rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) sebesar 3 persen pada akhir 2018. Per Juni 2018 posisi NPF tercatat sebesar 3,04 persen.
Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo, mengatakan, untuk mencapai target NPF sebesar 3 persen, BNI Syariah menerapkan rangkaian strategi dan action plan dalam menjaga agar NPF tidak di atas 3 persen. BNI Syariah juga mempunyai tim task force khusus yang menangani NPF.
"Bagaimana caranya dengan ekspansi di segmen kami institusi dan government. Kami akan bersinergi lebih baik dengan BNI induk," kata Firman kepada wartawan di acara Paparan Kinerja Kuartal II 2018 di Jakarta, Kamis (26/7).
Firman menambahkan, posisi pencadangan atau coverage ratio BNI Syariah sudah mencapai 93 persen. Rasio tersebut di atas bank-bank lain yang tidak sampai 70 persen. Tingginya coverage ratio tersebut dikarenakan adanya perbaikan kualitas serta aset bermasalah turun sehingga coverage ratio naik.
Sementara itu, Direktur Bisnis BNI Syariah, Dhias Widhiyati, mengatakan, dari NPF 3,04 persen tersebut, penyumbang tertinggi dari sektor pertambangan, disusul jasa dunia usaha dan jasa sosial.
Beberapa tahun lalu, NPF pertembangan bisa mencapai 10 persen. "Tapi sekarang kami tidak masuk ke pertambangan, sekarang lebih ke recovery karena sudah susah sejak 2016," kata Dhias.
Kemudian NPF di sektor jasa dunia usaha pada Juni 2018 mencapai 3,7 persen. Pembiayaan bermasalah tersebut berasal dari pembiayaan linkage, baik dengan perusahaan pembiayaan (multifinance) maupun koperasi. Sebelumnya, pembiayaan linkage porsinya mencapai hampir 38 persen kini ditekan tinggal 20 persen.
Selain dunia usaha, NPF juga disumbang oleh jasa sosial. Meski demikian, BNI Syariah tetap menyalurkan pembiayaan kepada sektor jasa sosial masyarakat, tetapi lebih selektif. BNI Syariah akan masuk ke institusi yang dinaungi oleh yayasan besar seperti Muhammadiyah.
Di samping itu, Dhias menyatakan adanya penurunan sifnifikan NPF segmen komersial. Posisi NPF segmen komersial per Juni 2018 sebesar 1,33 persen. Penurunan tersebut karena upaya hapus serta penyelamatan atas nasabah existing, serta ekspansi yang berkualitas.