EKBIS.CO, MEDAN -- Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menggelar acara Table Top Simulation (TTS) untuk menghadapi darurat penyakit zoonosis dengan pendekatan One Health. Acara ini hasil kerja sama Kementan dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Berdasarkan keterangan tertulis Kementan yang diterima Republika.co.id, acara ini digelar mulai 24 hingga 26 Juli 2018 di Medan. Tujuan acara ini untuk meningkatkan kapasitas pemerintah Indonesia dalam mencegah, mendeteksi dan mengatasi wabah Penyakit Infeksi Emerging (PIE) melalui peningkatan koordinasi multisektoral.
Direktur Kesehatan Hewan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa mengatakan, kegiatan simulasi di daerah ini adalah untuk kesiapsiagaan daerah dalam mengatasi wabah PIE.
Menurutnya, perubahan kondisi dunia akibat pertumbuhan populasi manusia dan hewan yang sangat cepat, urbanisasi, penurunan kualitas lingkungan, sistem pertanian dan peternakan yang berubah, serta lalu lintas manusia/ hewan/produk hewan telah menyebabkan peningkatan risiko munculnya (PIE).
“Jika penyakit PIE ini tidak ditangani dengan baik, maka akan dapat menyebabkan wabah yang dapat mengancam keselamatan masyarakat dan dapat berdampak terhadap perekonomian di Indonesia,” kata Fadjar.
Untuk itu, Kementan bekerjasama dengan Kementerian terkait mengadakan Table Top Simulation (TTS) yang didukung oleh program Australia Indonesia Partnership for Emerging Infectious Diseases (AIPEID), PnR USAID, WHO, dan FAO sebagai mitra pemerintah dalam upaya mencegah, mendeteksi dan mengatasi wabah penyakit infeksi emerging (PIE).
Kegiatan yang melibatkan semua sektor terkait ini menurut Fadjar sesuai dengan Pedoman Koordinasi dan Kerjasama Lintas Sektoral dalam kerangka “One Health” yang yang diluncurkan oleh Kemenko PMK dan PnR USAID, dan Pedoman Pelaksanaan Sistem Manajemen Keadaan Darurat Kesehatan Hewan yang susun oleh Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan dukungan AIPEID.
Fadjar menambahkan, kegiatan simulasi ini menggambarkan bagaimana antar lintas sektor “One Health” bersinergi dan bekerjasama dan memberikan kontribusinya untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana non alam di Indonesia. Kegiatan simulasi yang sama telah dilaksanakan di kota Bogor, Manado, dan Bali sejak awal tahun 2018.
“Kami harapkan kegiatan simulasi ini dapat menjadi pioneer dan contoh bagi daerah lain di dalam penanganan kedaruratan kesehatan hewan zoonosis dan PIE lintas sektoral,” ujar Fadjar.
Hal yang sama juga disampaikan Kate Smith, Perwakilan dari DFAT Australia bahwa kesiapsiagaan menghadapi masuknya wabah penyakit hewan darurat dan zoonosis yang berpotensi sebagai bencana non alam merupakan hal yang sangat penting. Menurutnya, dengan kesiapsiagaan tersebut dugaan wabah penyakit hewan zoonosis dan penyakit infeksi emerging (PIE) dapat segera ditangani secara efektif, cepat, dan tepat, sehingga dampaknya dapat ditekan seminimal mungkin.
Sementara itu, Adrian Coghill, Team Leader AIPEID menyampaikan, kegiatan ini memberikan peluang yang besar bagi semua instansi pemerintah yang terkait. Pemerintah di tingkat pusat, regional, provinsi dan kabupaten dapat bekerjasama dan membuat jejaring bersama, saling memahami peran dan tanggung jawab masing-masing, serta menguji sistem kedaruratan yang ada saat ini sekaligus menyesuaikan dengan kondisi di wilayah masing-masing.
Kegiatan simulasi ini dihadiri Direktur Keanekaragaman Hayati – Kementerian KLHK Indra Exploitasia, Dewan Pengarah BNPB Fuadi Darwis, Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kemendagri Elvius Dailami, perwakilan dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia, serta Deputi Konsul Amerika Serikat di Medan.
Contact Person:
Drh. Padjar Sumping Tjatur Rasa, PhD (Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan).