EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian melalui Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) berbagi pengalaman dalam upaya memajukan bidang peternakan dan kesehatan hewan. Upaya tersebut dilakukan dengan pendekatan strategi komunikasi para pemangku kepentingan dan masyarakat luas melalui sosial media.
Capaian tersebut disampaikan dalam pertemuan regional yang diselenggarakan organisasi internasional untuk kesehatan hewan (OIE), bersama FAO dan WHO, pada 24 hingga 26 Juli 2018 di Beijing, China. Pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan dari 29 negara ini bertujuan untuk mendiskusikan strategi komunikasi yang efektif dalam mengkampanyekan bahaya pandemik yang mengancam kesehatan manusia, hewan dan lingkungan.
“Dari Indonesia, kami berbagi pengalaman bagaimana memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan pesan-pesan terkait ancaman tersebut dan pencapaian yang sudah kami lakukan, kepada masyarakat luas dan para pemangku kepentingan,” kata perwakilan dari Ditjen PKH, Kementan sekaligus focal point komunikasi OIE untuk Indonesia, Pebi Purwo Suseno dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id.
Pebi menjelaskan, saat ini pengguna internet di Indonesia angkanya sudah cukup tinggi, yaitu mencapai 50% dimana sebanyak 60% mengakses internet melalui perangkat ponsel pintar. Untuk itu, beberapa kampanye seperti vaksinasi rabies di Bali, cara memilih daging ayam yang baik, dan sebagainya dilakukan dengan memanfaatkan sosial media.
“Bahkan ketika bencana erupsi Gunung Agung di Bali, program penyelematan ternak yang kita sebarluaskan melalui sosial media langsung menyentuh masyarakat dan menggerakan mereka untuk ikut membantu kami,” ujarnya.
Catherine Bertrand-Ferrandis, Head Communication Unit, OIE Paris dan Dr. janet M. Kincaid, pakar komunikasi dari WHO Jenewa memberikan apresiasi terhadap paparan yang disampaikan dari Indonesia. Menurut mereka, Indonesia menjadi contoh yang baik bagaimana program-program yang telah berjalan dengan baik bisa disebarluaskan kepada khalayak ramai. Beberapa peserta dari negara anggota OIE di Asia Pasifik, juga menyampaikan secara langsung keinginan mereka untuk belajar lebih banyak terkait program-program kesehatan hewan di Indonesia.
Dalam seminar yang menghadirkan para pakar dan pelaku komunikasi dari OIE, WHO, dan FAO, disepakati pentingnya komunikasi yang efektif yaitu dengan menggunakan single overarching communications outcome (SOCO). SOCO merupakan pendekatan untuk mengetahui perubahan apa yang diharapkan dari sasaran komuniksi atau target audience.
Hirofumi Kugita, perwakilan OIE untuk Asia Pasifik menyampaikan, seminar ini merupakan rangkaian terakhir dari empat acara sebelumnya yang dilaksanakan di beberapa regional representatif OIE lainnya. Dari kegiatan ini Kugita berharap para focal point dapat memastikan peran dan fungsi mereka dalam mengkomunikasi berbagai aktivitas OIE.