EKBIS.CO, BANDUNG -- Bisnis startup di Indonesia saat ini terus tumbuh. Menurut Co-Founder dan Presiden Bukalapak, M Fajrin Rasyid, agar bisa bersaing startup harus memiliki strategi.
Salah satunya, startup yang berpotensi berkembang pesat adalah startup yang dekat dan memahami ekosistemnya. "Untuk dapat bersaing, para startup pun harus terus menelurkan ide baru dan mampu mengeksekusinya," ujar Fajrin kepada wartawan baru-baru ini.
Fajrin menilai, startup baru harus dekat dengan ekosistem. Karena, menurutnyam jangan sampai startup tersebut tidak tahu dengan ekosistemnya. Misalnya bikin startup pertanian, tapi tak pernah langsung terjun.
Fajrin mencontohkan, Bukalapak memulai perjalanan sebagai startup pada 2010 sampai menjadi salah satu perusahaan e-commerce terbesar (unicorn). Sebagai startup unicorn di Indonesia, kini valuasi investasi Bukalapak sudah mencapai 1 miliar dolar AS atau setara Rp 14,2 triliun.
Saat ini, kata dia, sekitar 4 juta pelapak yang terdaftar dengan total 30 juta pengguna yang mengakses Bukalapak dan 10 juta kunjungan per hari. Sebagian besar pelapak dan pengguna di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Bali.
Saat awal berdiri, kata dia, lebih dari separuh di Jakarta, sekarang 20 persen sampai 30 persen pertumbuhanannya ada di daerah lain. "Tidak hanya di Jawa, tapi juga di pulau lain. Jawa Barat berkontribusi cukup besar sekitar 20 persen," katanya.
Pada 2017, kata Fajrin, transaksi di Bukalapak mencapai puluhan triliun rupiah. Tahun ini, pihaknya menargetkan pertumbuhan tiga digit dan transaksi bisa lebih dari dua kali lipat. Penyumbang terbesar transaksi masih produk elektronik dan fashion.
"Dulu persentasenya 80 persen, sekarang sekitar 50 persen. Sekarang, produk lainnya, seperti aksesori, mainan, dan otomotif juga besar," katanya.
Dikatakan Fajri, sebagai startup yang merintis dari komunitas-komunitas, Bukalapak sangat mendukung pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Saat ini, sebanyak 99 persem pelapak berasal dari UMKM dan anggota komunitas.
"Dari awal Bukalapak bergerak dari komunitas-komunitas," katanya.
Awalnya, kata dia, Bukalapak terkenal di komunitas sepeda. Kini, ada komunitas pelapak di 100 kota di Indonesia. "Anggota komunitas itu saling sharing informasi dan ilmu agar profit sama-sama naik. Itu yang jadi keunikan Bukalapak," kata Fajrin.
Saat ini, kata dia, total jumlah pengguna 30 juta dengan kunjungan 10 juta per hari dan puluhan juta transaksi setiap bulan. Dari hasil survei Bukalapak, ungkap Fajrin, peningkatan omzet pelapak yang ikut komunitas lebih tinggi.