EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Pertanian, Rachmat Pambudy mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) untuk ekspor komoditas jagung. Menurut Rachmat yang juga Dosen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, ekspor jagung penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Selain itu, ekspor juga jagung juga untuk ketersediaan stok jagung nasional dalam pemenuhan kebutuhan pakan ternak dalam negeri.
Pambudy menjelaskan, Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas. Sehingga yang perlu diperhatikan pemerintah adalah melakukan pengaturan-pengaturan untuk memenuhi permintaan jagung nasional.
“Kalau surplus di wilayah Timur bisa di ekspor Filipina, misalnya. Sementara kebutuhan masyarakat wilayah timur lainnya bisa dikirim dari Kalimantan Selatan, NTB. Bagaimana dengan wilayah Barat? Penuhi permintaan dari Jawa Timur, dari Blitar, Lamongan, Kediri. Itu semua sentra jagung," kata Pambudy dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (31/7).
Mengenai perbedaan data produksi, Pambudy menilai memperoleh data ekspor lebih mudah dibanding data produksi. Sehingga sah-sah saja jika ada perbedaan data. “Ekspor datanya jelas, lebih mudah dilacak dan terlacak daripada data produksi," tuturnya.
Senada dengan Pambudy, peternak ayam yang juga Pengurus Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), Joko Susilo mengatakan, Kementan mengeksporjagung dari wilayah Timur, karena mempertimbangkan biaya pengiriman.
“Kalau ditarik ke Jawa nggak mungkin, lebih baik kirim ke Malaysia atau Filipina. Apalagi sekarang dolar sedang bagus, nilai tambahnya jadi bagus," ujar Joko.
Meski demikian, Joko mengingatkan, agar pemerintah juga memerhatikan kebutuhan peternak lokal. “Jangan sampai mendorong upaya ekspor tetapi menyebabkan harga bahan pakan pabrikan naik," harap Joko.
Kementan Dorong Ekspor Jagung Menyusul Pertumbuhan Produksi
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun ini belum merilis data produksi jagung nasional. Deputi Statistik Produksi BPS, Habibullah menyampaikan rencananya data itu baru akan dirilis tahun depan.
“Metodenya baru menggunakan Kerangka Sampel Area. Pelaksanannya masih menunggu ketersediaan anggaran," kata Habibullah.
Seperti diketahui, tahun ini Kementan memang tengah mendorong ekspor jagung. Sejak Maret tahun ini, Indonesia mengekspor jagung asal Sulawesi Selatan ke negara Filipina sebanyak 60 ribu ton melalui pelabuhan Makassar. Total nilai ekspor mencapai Rp210 miliar.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mendorong ekspor, mengingat sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan merupakan penghasil jagung. Diantaranya Maros, Sidrap, Bone, Wajo, Soppeng, Gowa, Takalar, Jeneont, Bantaeng, Bulukumba, dan Luwu Raya. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, total produksi jagung Sulawesi Selatan mencapai 2.341.337 ton. Meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah 2.065.125 ton. Dalam kurun waktu 2017-2018, pertumbuhan produksi jagung Sulawesi Selatan mencapai 8,69 persen.