EKBIS.CO, BANDAR LAMPUNG - Perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di regional Sumatera dinilai terus berkembang. Lantaran itu, Bank Indonesia (BI) melalui gelaran Syariah Fair sebagai rangkaian Festival Ekonomi Syariah (FESyar) 2018 Lampung, juga mempertemukan pelaku usaha syariah di Sumatera.
"Kita dorong semuanya, terutama usaha kecil menengah dan pesantren," ungkap Deputi Gubernur BI, Rosmaya Hadi, saat membuka Syariah Fair, Jumat (3/8), di Lampung Walk. Melalui ajang ini, sambungnya, produk-produk usaha kecil bisa lebih dikenal, tidak hanya secara nasional tapi mungkin juga internasional.
Rosmaya menegaskan BI melihat perkembangan ekonomi syariah dalam bentuk usaha-usaha yang dihasilkan sangat berkembang. "Maka, di ajang ini kita juga melakukan /business matching/, mempertemukan pelaku-pelaku usaha ekonomi syariah dengan bebagai alternatif pembiayaan, baik komersil maupun model keuangan sosial Islami, serta pelaku usaha lain. Harapannya terjadi kerja sama bisnis yang mungkin berujung pada misalnya perdagangan antardaerah, atau terbuka pula peluang ekspor."
Gelaran Syariah Fair dalam rangkaian FESsyar Sumatera 2018 ini diharapkan bisa memberikan hasil lebih baik dibanding gelaran serupa tahun lalu. Pada 2017 gelaran serupa yang dilakukan di Medan, Sumatera Utara, sudah memberikan hasil yang baik dengan catatan jumlah pengunjung mencapai lima ribuan dan total transaksi mencapai angka 1,7 miliar. Sedangkan tahun ini, diungkapkan Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung jumlah pengunjung bisa mencapai angka enam ribuan dan transaksinya menyentuh kisaran Rp 2 miliar.
Upaya business matching ini disambut positif pelaku usaha syariah, yang sebagian besar merupakan usaha kecil dan menengah. Nurbaiti, pengrajin kain Tapis khas Lampung, mengaku sangat terbantu dengan gelaran business matching ini.
"Sejak menjadi binaan BI sekitar dua tahun lalu, yang saya rasakan terutama secara mental tidak takut lagi berbisnis. Kita jadi mandiri dan berani memasarkan produk ke pihak lain," ujarnya. Jenis produk yang dipasarkan pun lebih beragam.
Nurbaiti menambahkan gelaran Syariah Fair FESyar pun sangat membantu. "Melalui promosi dalam acara ini, produksi dan omset kami jadi meningkat dan tentu saja jadi dikenal lebih luas. Pesanan pun bertambah. Sebelumnya pemasaran hanya dari mulut ke mulut," tutur Nurbaiti, yang sebelumnya hanya bekerja sebagai buruh.
Pengalaman senada dilontarkan Nailatul Amal, asal Desa Rayeuk, Kecamatan Nisam, Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh. Nailatul adalah perajin tas bordir motif Aceh. Sebelum menjadi binaan BI Lhokseumawe, pemasaran produknya hanya lokal saja. Kini, benar-benar bisa ekspor, terutama ke Malaysia serta beberapa negara Eropa.
"Alhamdulillah produksi kami terus meningkat dan pesanan pun bertambah. Meski produk ekspor menuntut standar kualitas tinggi, kelompok perajin Nailatul mampu memenuhinya.