EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pegadaian (Persero) membukukan laba sebesar Rp 1,37 triliun per Juni 2018. Perolehan laba tersebut sudah mencapai 50 persen dari target laba sampai akhir 2018 yang sebesar Rp 2,7 triliun.
Direktur Utama Pegadaian, Sunarso, mengatakan, tahun lalu laba Pegadaian sebesar Rp 2,51 triliun. Laba tersebut disetorkan kepada negara sebesar Rp 1,2 triliun.
Sampai Juni 2018, aset Pegadaian sudah mencapai Rp 50,7 triliun. Aset tersebut ditempatkan pada kredit dan pembiayaan kepada masyarakat kecil. Rata-rata kredit yang diberikan sebesar Rp 5 juta. Total kredit sampai Juni Rp 38,7 triliun.
Kualitas aset yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) tergolong rendah di level 1,5 persen gross dan NPL nett sebesar 0,4 persen.
Pososi permodalan dinilai sangat kuat dengan nominal sekitar Rp 18,5 triliun. Pegadaian memiliki hutang kepada bank sekitar Rp 30 triliun. Rasio dept to equity ratio (DER) atau rasio hutang terhadap ekuitas sebesar 1,7 persen. Rasio tersebut dinilai masih rendah dibandingkan ketentuan regulator.
Menurut Sunarso, tantangan Pegadaian bukan di permodalan tetapi bagaimana lebih agresif untuk mengunakan modal dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Saat ini, nasabah Pegadaian sekitar 9,5 juta dan ditargetkan menjadi 11 juta sampai akhir tahun.
"Dari kondisi keuangan yang sehat ini menghasilkan laba sampai Juni 2018 sebesar Rp 1,37 triliun. Mudah-mudahan dalam 12 bulan bisa dua kalinya," ucap Sunarso di acara Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) Pegadaian dengan KPK di Jakarta, Senin (6/8).
Target peningkatan laba sampai akhir tahun diperoleh dari peningkatan outstanding penyaluran kredit. Diharapkan Pegadaian dapat menyalurkan kredit sebesar Rp 45 triliun sampai akhir tahun.
Pegadaian akan mengembangkan produk-produk baru. Antara lain, Gadai Prima dan Pegadaian Digital Service (PDS) yang telah diluncurkan pada April 2018. "Yang mengakses PDS jumlahnya 174 ribu yang melakukan registrasi," ucapnya.
Bisnis Pegadaian saat ini terbagi menjadi gadai porsinya mencapai 90 persen dan non gadai hanya 10 persen. Ke depan, bisnis non gadai akan ditingkatkan menjadi 40 persen dan bisnis gadai 60 persen.
"Kami membuat blue print lima tahun sampai 2023. Cetak biru sudah jadi, infrastruktur dan bisnis model sudah dipersiapkan," imbuhnya.
Sunarso menyatakan, Pegadaian sedang melakukan transformasi besar-besaran. Pegadaian akan melakukan restrukturisasi bisnis yang disesuaikan dengan tantangan zaman. Transformasi tersebut targetnya Pegadaian menjadi fully finance company.
Transformasi tersebut telah dituangkan dalam cetak biru (blue print) dalam jangka sampai lima tahun ke depan. Di dalam blue print transformasi sudah diidentifikasi empat tahapan.
Pertama, discovery berupa analisis peluang dan tantangan Pegadaian ke depan. Kedua, dream atau mimpi Pegadaian menjadi the most valuable company di Indonesia.
Ketiga, desain struktur organisasi, bisnis proses, bisnis model dan perilaku kolektif yang efektif untuk mencapai tujuan. Tahapan terakhir adalah deliver.