EKBIS.CO, ORDU -- Pasar global tengah bersiap menghadapi dampak dari krisis ekonomi yang melanda Turki. Pada Jumat (10/5) nilai tukar mata uang lira terjun hingga 20 persen terhadap dolar AS. Kendati lira mulai babak belur, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak negaranya mengalami krisis finansial.
Lira mulai melemah sejak Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif impor baja dan alumunium asal Turki. "Hubungan kami dengan Turki sedang tidak baik saat ini," kicau Trump lewat akun Twitternya.
Dilansir dari The Guardian, para investor semakin menaruh perhatian terhadap utang luar negeri Turki senilai 350 trilium dolar AS. Kemampuan membayar utang Turki dinilai semakin melemah seiring dengan nilai tukar lira yang terus merosot. Apabila kondisi ini terus berlanjut, masyarakat di Turki akan menghadapi melambungnya harga-harga makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. Tingkat inflasi diperkirakan naik drastis.
Di sisi lain, bank sentral Turki masih bergeming dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan menaikkan suku bunga demi mencegah inflasi atau dampak lain akibat merosotnya lira. "Mereka mengancam kita," kata Erdogan pada Sabtu (11/8) saat berpidato di Kota Ordu dekat Laut Hitam.
"Anda tidak bisa membuat warga Turki bertekuk lutut dengan bahasa-bahasa ancaman," tegasnya menambahkan.
Merujuk pada tindakan AS, Erdogan menyebut langkah yang diambil Trump sebagai hal yang memalukan. Sebelumnya Erdogan pernah menyatakan Turki akan mulai bertransaksi dengan Rusia, Cina, dan Iran menggunakan mata uang lokal.
Media setempat, yang dikenal sebagai loyalis Erdogan dan hampir semuanya dimiliki kroni-kroninya, menyerukan pesan nasional. Dalam sebuah artikel berjudul 'Bohong', koran pro pemerintah Sabah menyerang pemberitaan Bloomberg dan The Financial Times atas perspektifnya dalam mewartakan isu finansial Turki. Artikel lain di media Turki memuat headline dengan judul 'Trump si Tukang Sabotase'.