EKBIS.CO, KEDIRI -- Indonesia melalui PT BISI International Tbk melakukan ekspor perdana 20 ton benih jagung hibrida ke Sri Lanka. Tahun ini, ekspor benih jagung hibrida ke Sri Lanka dan Pakistan ditargetkan bisa mencapai total 500 ton senilai 1,5 juta dolar AS.
"Tahun depan diharapkan bisa meningkat menjadi 1.000 ton senilai tiga juta dolar AS," kata Presiden Direktur PT BISI International Tbk Jemmy Eka Putra dalam acara pelepasan ekspor benih jagung hibrida varietas BISI-222 di Kantor Pusat PT BISI di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (16/8).
Menurutnya, ekspor perdana benih jagung hibrida ke Sri Lanka tersebut menjadi penanda bahwa Indonesia mampu memenuhi kebutuhan benih sendiri bahkan ekspor. Hal itu sejalan dengan ajakan pemerintah untuk mendatangkan dolar AS sebanyak-banyaknya melalui ekspor.
Benih yang dikirim ke Sri Lanka dan Pakistan tersebut merupakan hasil produksi yang dilakukan oleh petani mitra di sekitar Kediri. Benih yang dirilis memiliki keunggulan berupa tingkat produktivitas tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, serta mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat.
Benih jagung hibrida produksi BISI dengan beragam varietasnya berhasil menjadi market leader di Indonesia. Ada banyak varietas benih jagung hibrida BISI yang sangat disukai oleh petani pengguna, seperti BISI-18, BISI-2, BISI-16, BISI-816, BISI-226, BISI-228 dan saat ini salah satu varietas lain unggulan BISI, yaitu BISI-222 sudah berhasil menembus pasar ekspor.
"Merupakan kebanggan sendiri bagi BISI. Selain benih yang bisa diterima dengan baik, Indonesia juga adalah salah satu dari tiga negara yang diizinkan ekspor ke Sri Lanka setelah Thailand dan Australia," kata dia.
Jemmy mengakui tidak mudah dalam menembus pasar ekspor terutama untuk benih tanaman pangan. Sehingga Sri Lanka dan Pakistan menjadi bidikan pasar yang akan dimaksimalkan dengan harapan mengekspor hingga 3.000 ton benih hibrida jagung.
"Untuk tanaman pangan kan agak sulit karena banyak peraturan-peraturan dari pemerintah setempat. Jadi nggak banyak negara yang kita bisa buka untuk ekspor, beda dengan hortikultura," katanya. Untuk pasar ekspor benih hortikultura bisa sampai ke 12 negara yakni seluruh ASEAN, Pakistan, Srilanka, Bangladesh, dan India.
Untuk itu, ia meminta dukungan pemerintah dalam memacu ekspor benih. Salah satunya memudahkan pengurusan dokumen dan penerbitan izin ekspor yang mudah dan cepat.
"Kami berharap, ke depannya pemerintah juga bisa menjalin kerjasama dengan negara-negara lain untuk semakin memperluas pasar ekspor benih dari Indonesia," katanya.
Sementara itu, pihaknya sebagai pengusaha terus berupaya menembus pasar luar negeri. Pertama, ia mengatakan, berusaha untuk breeding, melakukan pemuliaan pemilihan kualitas mengingat benih yang cukup bersifat spesifik. Nantinya, jika benih sudah dinilai cocok oleh negara tujuan, maka BISI perlu memperkenalkan produknya ke lebih banyak petani di negara tersebut.
"Benihnya harus lebih bagus dan pemuliaan khusus untuk pasar di sana," kata Jemmy saat ditanya strategi bersing dengan industri benih dunia. Saat ini, BISI International masih fokus pada pasar dalam negeri dengan ekspor hanya sebesar lima persen.