Jumat 17 Aug 2018 11:05 WIB

Pompanisasi Selamatkan Padi Terancam Puso di Karawang

Pengelolaan air sangat penting terutama di musim kering

Red: EH Ismail
Kementan bergerak cepat melakukan pompanisasi di sembilan desa di kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Kementan bergerak cepat melakukan pompanisasi di sembilan desa di kabupaten Karawang, Jawa Barat.

EKBIS.CO, KARAWANG -- Pemerintah melakui Kementan telah bergerak cepat melakukan pompanisasi pada sembilan desa di kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang terancam puso. Ketua Penanggungjawab Upaya Khusus Swasembada (Upsus) Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale) provinsi Jawa Barat, Banun Harpini menyatakan, pompanisasi dilakukan disepanjang saluran irigasi sekunder di Kecamatan Batujaya, Karawang.

 

"Air merupakan sumber kehidupan, terutama untuk petani. Pengelolaan air menjadi sangat penting terutama di musim kering seperti saat ini," kata Banun saat dilaporkan perkembangan pompanisasi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (16/8).

Sebelumnya, Banun melakukan kunjungan disepanjang saluran sekunder Cimalaya guna mendapatkan data potensi kekeringan pada Senin (7/8) pekan lalu. Menurut Banun, pendangkalan saluran irigasi sekunder menjadi penyebab utama sehingga air tersedia cukup tapi tidak dapat dialirkan.

Ia menambahkan, pihaknya akan segera menggalakkan gerakan pembersihan sampah pada saluran irigasi sekunder, normalisasi sedimen melalui pengerukan, serta pompanisasi sambil melakukan tanam culik persemaian. Pengiriman bantuan pompa dan benih tahan kering pun dijadwalkan dalam waktu dekat.

 

Menurut data Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Karawang, total potensi sawah yang terancam keberlangsungan pertanamannya berjumlah 3.150 ha. Masing-masing adalah desa Karya Bakti 1.000 ha, Segarjaya 375 ha, Telukambulu 250 ha, Kutaampel 150 ha, Batujaya 350 ha, Baturaden 275 ha, Karyamulya 200 ha, Telukbango 375 ha dan desa Karyamakmur 175 ha.

"Alhamdulilah dengan bantuan pompa dari pemerintah, saya bisa garap sawah lagi," kata Rojul anggota kelompok tani Tani Makmur di desa Tanah Baru.

 

Rojul dan petani didesanya berharap agar bantuan berupa pinjaman pompa dapat terus dilakukan hingga akhir musim kering, dan jika dimungkinkan dengan besarannya memadai agar dapat mencapai sawah yang lebih jauh.

Menurut perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) puncak musim kemarau terjadi pada Agustus dan September 2018. Sesuai dengan instruksi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman seluruh pejabat Kementan harus turun ke lapangan dan membantu langsung di lahan sawah petani.

Secara keseluruhan untuk Provinsi Jawa Barat, fokus Kementan adalah pertanaman diatas luas baku tanam 913.976 ha, sementara khusus di Kabupaten Karawang seluas 95.876 ha.

Selain memberikan bantuan berupa pompa untuk memacu debit air agar dapat mencapai saluran dipersawahan, Kementan pada musim kering kali ini juga melakukan langkah komprehensif  antara lain: melakukan percepatan tanam pada daerah yang belum mengalami kekeringan dan penggunaan bibit padi khusus untuk lahan kering.

"Kami juga tengah gencar sebarluaskan teknologi Patbo, terutama saat musim kering. Ini merupakan paket teknologi pertanian yang berbasis manajemen air dan penggunaan bahan organik. Ini merupakan langkah untuk memanfaatkan hasil inovasi pertanian yang cocok untuk dilakukan pada musim kering,” tambahnya.

Untuk memastikan program pompanisasi di Kabupaten Karawang, Kementan mengerahkan babinsa, dinas pertanian, kodim, tim upaya khusus (Upsus), dan Kantor Cabang Dinas (KCD). Tim Upsus juga terus melakukan koordinasi dengan dinas terkait, khususnya dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat guna pastikan manajemen air di saluran irigasi sekunder agar langkah antisipatif kekeringan ini dapat berjalan maksimal, sesuai dengan instruksi Mentan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement