Kamis 30 Aug 2018 23:40 WIB

Kementan Ingin Atur Impor Bibit Induk Ayam

Kementan menyatakan bila ada perusahaan yang tak menurut, izin rekomendasi dicabut

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja memberi pakan ternak ayam potong di Pasuruhan Kidul, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (26/7).
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Pekerja memberi pakan ternak ayam potong di Pasuruhan Kidul, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (26/7).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian akan mengatur masuknya impor Grand Parent Stock (GPS) atau bibit induk ayam milik perusahaan pembibitan. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan tidak ada bulan dengan pemasukan impor tinggi atau malah nol impor.

Ketua Tim Audit Populasi GPS Ayam Ras Broiler Trioso Purnawarman mengatakan, berdasarkan audit yang dilakukan, dalam satu bulan ada perusahaan yang hanya 1,8 hingga 1,9 persen, bahkan pada bulan yang sama ada perusahaan yang melakukan impor 18 persen.

"Jangan sampai numpuk di bulan tertentu. Jadi 14 perusahaan itu kita atur, bisa maju bisa mundur," katanya saat ditemui dalam konferensi pers di Gedung C Kementan, Kamis (30/8). 

Tim audit bersama Kementan berupaya mengatur pemasukan impor setiap perusahaan. Nantinya, jika perusahaan tidak mau mengikuti pengaturan tersebut, Kementan tidak akan mengeluarkan izin rekomendasi impor. "Kami ingin menata secara nasional bukan individu perusahaan," katanya.

Untuk diketahui, audit dilaksanakan pada seluruh perusahaan pembibitan GPS ayam ras broiler sebanyak 14 perusahaan yaitu PT Charoen Pokphand Jaya Farm, PT Japfa Comfeed Indonesia, PT Bibit Indonesia, Cheil Jedang-Patriot Intan Abadi (CJ-PIA), PT Wonokoyo Jaya Corporindo, PT Taat Indah Bersinar, PT Hybro Indonesia, PT Expravet Nasuba, PT Cibadak Indah Sari Farm, CV Missouri, PT Reza Perkasa, PT Karya Indah Pertiwi, PT Satwa Borneo Jaya dan PT Berdikari (Persero). Total jumlah Farm GPS sebanyak 37 unit dengan kandang yang terisi sebanyak 237 unit dari total kandang sebanyak 289 unit atau 82 persen.

Sebaran farm GPS ayam ras broiler berada di tujuh provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat serta strain GPS ayam ras broiler yang ada di Indonesia yaitu Cobb, Ross, Indian River dan Hubbard.

Tim juga melakukan verifikasi dan observasi manajemen pemeliharaan, penetasan dan kesehatan meliputi ventilasi udara, kualitas air minum dan pakan, deplesi (kematian dan afkir) jantan dan betina, program vaksinasi dan titer antibodi, bobot badan dan keseragaman (uniformity) jantan dan betina, kepadatan (density) per meter persegi, manajemen litter, rasio jantan dengan betina, program lampu (lighting program), produksi (egg mass) dan hatching egg, fertility, hatchebility (setting dan hatching report), DOC per hen house (HH), serta distribusi DOC PS.

Selain itu juga dilakukan verifikasi dan observasi biosekuriti program biosekuriti berupa penerapan higiene karyawan dan tamu, sanitasi dan desinfeksi, isolasi dan karantina, serta lalu lintas (orang, pakan, ayam dan peralatan).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement