EKBIS.CO, JAKARTA -- Masa transisi peralihan hak kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia kepada PT Pertamina (Persero) akan dilakukan dalam waktu dekat. Hal ini juga sejalan dengan komitmen Chevron untuk bisa menjaga produksi ladang minyak terbesar di Indonesia ini.
Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar menjelaskan komitmen Chevron ini ditunjukan dari mereka yang mau segera melakukan transisi. Namun, terkait apakah Chevron ikut mengerjakan Rokan bersama dengan Pertamina kedepan, Arcandra hanya mengisyaratkan Chevron akan bekerja secara profesional.
“Mereka bersedia untuk menjaga produksi dan berbicara dengan Pertamina sebagai pengelola selanjutnya agar ke depannya Blok Rokan tetap produksi yang baik,” ujar Arcandra di Kementerian ESDM, Kamis (30/8).
Menurut Arcandra, dengan dipercepatnya proses transisi, maka Pertamina bisa lebih awal berinvestasi di Blok Rokan. "Jadi, tidak harus menunggu kontrak berakhir," ucapnya.
Profil Blok Rokan
Namun, sebelum kontrak baru Pertamina di Blok Rokan ditandatangani, BUMN sektor migas ini harus memasukkan 10 persen dari komitmen pasti mereka senilai 500 juta dolar AS. Selain itu, harus membayar bonus tanda tangan yang nilainya mencapai 783 juta dolar AS atau sekitar Rp 11,3 triliun.
Investasi dan pengembangan Blok Rokan ini juga sejalan dengan anjuran pemerintah ke Pertamina agar bisa segera menerapkan teknologi enhanced oil recovery (EOR). Dengan teknologi EOR ini diharapkan produksi Blok Rokan bisa terjaga.
PT Pertamina (Persero) menargetkan program produksi tingkat lanjut EOR secara penuh (full scale) di Blok Rokan bisa diterapkan pada 2024. Ini untuk menopang produksi blok tersebut setelah kontrak berakhir pada 2021 dan pengelolaannya beralih dari Chevron ke Pertamina.
Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan Pertamina tidak bisa langsung menerapkan teknologi EOR pada tahun pertama mengelola Blok Rokan. Perusahaan pelat merah ini hanya melakukan pengeboran sumur pengembangan, pengerjaan ulang sumur, dan steam flooding.
Menurut Syamsu, teknologi EOR akan diterapkan di tujuh titik Lapangan Minas. Namun, kata dia, masih sebatas uji coba dan belum dilakukan penuh. "Uji coba ini untuk mengetahui berapa potensi tambahan minyak yang bisa diperoleh Pertamina dengan memakai EOR," tuturnya.
Syamsu memperkirakan akan ada tambahan produksi sekitar 100 ribu barel per hari (bph) dengan pemanfaatan EOR. Hasil uji coba itu baru terlihat tahun 2028 setelah dilakukan tahun 2024.
Lebih lanjut Syamsu menuturkan, penerapan EOR pada 2024 itu sudah sesuai dengan rencana kerja Pertamina dan mempertimbangkan karakteristik reservoir Blok Rokan. "Jadi, bukan karena finansial, karena memang reservoirnya begitu," ujar dia.