EKBIS.CO, SLEMAN -- Dusun Cibluk Kidul, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah tiga tahun ini dijadikan percontohan minapadi, yaitu teknik pertanian yang menggabungkan tanam padi dengan budidaya ikan. Setelah program yang digagas Food and Agriculture Organization (FAO) Indonesia dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini sukses, anak-anak muda pun mulai tertarik untuk bergelut di dalamnya.
Sebelumnya, anak-anak muda jarang mau terjun ke sektor pertanian karena uang yang dihasilkan sering dianggap hanya sedikit. Selain itu, pertanian sering diimejkan sebagai sesuatu yang kotor, berlumpur, dan sebagainya.
"Dengan minapadi ini sekarang generasi muda mau kita tarik lagi ke pertanian. Sebab hasil (minapadi) ini tinggi, keuntungannya bisa lima kali lipat. Sementara perputaran uangnya juga cepat," kata salah satu pembina petani di Desa Margoluwih, Suparmono, saat ditemui wartawan, Kamis (30/8).
Pria yang akrab dipanggil Pram ini mengungkapkan saat ini terdapat sekitar 20 pemuda yang terlibat dalam program minapadi, yang sudah digalakkan di desa tersebut sejak 2015. Mereka tergabung dalam kelompok yang bernama Mina Murakabi.
Salah satu petani di Desa Margoluwih, Sigit Paryono, menuturkan sebelum menggunakan teknik minapadi dirinya hanya mampu mendapatkan keuntungan Rp 1,5 juta dalam sekali panen. Sedangkan setelah menggunakan teknik minapadi dirinya bisa memperoleh keuntungan bersih Rp 4 juta hingga Rp 5 juta.
"Teknik ini memang lebih hemat. Contohnya untuk memupuk padi cukup menggunakan kotoran ikan," kata Sigit yang telah bercocok tanam di wilayah itu sejak 2011 itu.
Communication Advisor FAO Indonesia, Siska Widyawati, mengungkapkan keberhasilan minapadi dalam mengubah wajah Desa Margoluwih menunjukkan bahwa sektor pertanian, yang belakangan sedikit ditinggalkan, masih memiliki harapan besar untuk terus berkembang di Indonesia. Minapadi dalam hal ini juga menjadi solusi kerawanan pangan yang berpotensi terjadi di Indonesia pada jangka panjang.
Ia memaparkan bahwa Indonesia sekitar 20 juta orang di Indonesia masih mengalami rawan pangan Seperti juga di negara lainnya, rawan pangan dan kemiskinan di Indonesia banyak terjadi di daerah pedesaan, yang menjadi tempat tinggal lebih dari 45 persen penduduk negara ini. "Semoga melalui program ini tujuan Indonesia tanpa kelaparan 2030 bisa diwujudkan," kata Siska.