Selasa 04 Sep 2018 15:29 WIB

Rupiah Melemah, JK: Tak Usah Impor Barang Mewah

Kemenkeu segera menerbitkan PMK mengenai pembatasan impor barang konsumsi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Jusuf Kalla
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Jusuf Kalla

EKBIS.CO, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) mengatakan, pemerintah akan mengurangi impor barang-barang mewah. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

“Tak usah Ferrari, Lamborghini masuk ke dalam negeri, tak usah mobil-mobil besar, yang mewah-mewah, tak usah parfum-parfum mahal atau tas-tas Hermes contohnya,” ujar Wapres JK di kantornya, Selasa (4/9).

Jusuf Kalla menjelaskan, impor barang mewah jumlahnya memang tidak besar. Namun perlu dikurangi untuk meyakinkan masyarakat bahwa ditengah situasi pelemahan rupiah ini mereka harus berhemat.

“Perlu meyakinkan masyarakat, suasana ini suasana berhemat, jangan dalam situasi sulit ini, masyarakat luxuries,” kata JK.

Baca juga:

Kadin: Tidak Semua Komoditas Impor Bisa Dibatasi

Indef: Pelemahan Rupiah Sudah Lampu Merah

Sementara itu, pemerintah tengah menyusun langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Salah satu langkah yang ditempuh yakni mengurangi defisit perdagangan melalui peningkatan ekspor, dan mengurangi impor yang tidak perlu.

“Inti pokoknya ialah bagaimana meningkatkan ekspor dan mengurangi impor sehingga defisitnya atau gapnya akan berkurang,” ujarnya.

JK menjelaskan, sejauh ini banyak barang dari Indonesia diekspor tapi dana hasil penjualan ekspor tersebut disimpan di negara lain seperti di Singapura dan Hong Kong. Oleh karena itu, perlu ada pengawasan ekspor dengan baik agar tidak merugikan negara.

“Jangan barangnya pergi tapi duitnya tidak masuk ke dalam negeri, sehingga memperkuat Singapura, Hong Kong, melemahkan Indonesia,” kata JK.

Adapun, dolar AS yang sudah dibawa masuk oleh pengusaha ke dalam negeri dapat menambah cadangan devisa dan memperkuat nilai rupiah. Namun, JK mengimbau sebaiknya dolar AS tersebut dibelanjakan dalam rupiah di dalam negeri.

“Jadi tidak mungkin lama-lama dalam bentuk dolar, karena belanjanya dalam rupiah,” ujar JK.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement