EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih menuturkan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS akan dirasakan para pelaku IKM. Dampak pelemahan rupiah terutama akan dirasakan pelaku IKM yang menggunakan bahan baku impor dan memiliki pasar dalam negeri.
Sementara untuk IKM yang bahan baku impor namun pasarnya ekspor, menurut Gati, tidak terpengaruh. Sebab, Kemenperin sudah memiliki program kerja sama dengan bea cukai berupa penerapan biaya masuk nol rupiah untuk impor bahan baku.
"Jadi, mereka cukup bayar biaya komoditas saja. Ketika dolar AS naik pun mereka tidak jadi masalah karena beli dan jual pakai dolar AS juga," ucap Gati saat ditemui di Jakarta, Selasa (4/9).
Sampai saat ini, ungkap Gati, dampak pelemahan rupiah belum sampai membuat pelaku IKM kolaps. "Mereka masih bisa bertahan dengan berbagai upaya, termasuk dengan meningkatkan harga jual," ujarnya.
Tapi, Gati belum bisa memastikan seberapa besar persentase kenaikan harga tersebut. Gati menekankan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk membantu IKM melewati permasalahan ekonomi saat ini. Di antaranya melalui kebijakan evaluasi impor 900 komoditas barang konsumsi.
"Tujuannya kan supaya industri dalam negeri tumbuh," ucapnya.
Selain itu, Kemenperin mengajarkan IKM melalui Enterprise Resource Planning (ERP). Di dalam modul ini, salah satu poin yang diajarkan adalah bagaimana pelaku usaha bisa memanfaatkan bahan baku semaksimal mungkin sampai waste zero.
Gati mengatakan, ERP merupakan implementasi dari revolusi industri 4.0 yang selalu digaungkan Kemenperin. Dengan sistem ini, mereka akan selalu bisa terpantau melalui aplikasi, dari order bahan baku sampai produk itu jadi.
"Jadi, mereka sudah ada gambaran penggunaan bahan baku dari awal," ucapnya.