EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero), Arief Budiman mengakui kondisi global saat ini dan juga tanggung jawab Pertamina sebagai BUMN membuat perolehan laba menjadi terkoreksi. Jika sebelumnya, pada tahun ini Pertamina menargetkan memperoleh laba sebesar Rp 32 triliun, Arief mengatakan, target ini akan direvisi.
Meski begitu Arief mengaku belum bisa menjelaskan, berapa posisi laba dan keuntungan perusahaan saat ini. Arief menjelaskan, pihak perusahaan masih melakukan proses perhitungan, karena perusahaan masih menghitung selisih harga jual bahan bakar minyak (BBM) dengan subsidi.
"Belum final angkanya, RKAP-nya belum disetujui kok, masih proses revisi. Kemungkinan memang akan menurunkan target laba dari Rp 32 triliun tersebut," ujar Arief di DPR, Kamis (6/9).
Sebagai perbandingan, laba bersih BUMN migas ini pada semester I-2017 bisa mencapai hingga 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 18,7 triliun dengan nilai kurs saat itu.
Soal laba yang tergerus ini, sebenarnya sudah diperkirakan oleh perusahaan. Dalam proyeksi keuangan Pertamina 2017-2022 yang dipaparkan pada Maret 2018 lalu di depan Komisi VII DPR, laba Pertamina diaptok sekitar 2,4 miliar dolar AS.
Target laba tersebut dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2018 sebesar 48 dolar per barel AS. Namun, harga ICP saat ini sudah berkisar di 70 dolar per barel, maka laba yang diperoleh perusahaan akan susut menjadi 1 miliar dolar AS. Sehingga, harapannya saat ini adalah subsidi Solar dari pemerintah yang dinilai akan sangat membantu untuk kinerja keuangan Pertamina.