Senin 10 Sep 2018 13:23 WIB

Di Balik Pensiun Dini Jack Ma

Ma mengumumkan pensiun tepat di usia 54, angka 'keramat' dalam tradisi Cina.

Red: Dwi Murdaningsih
Chairman eksekutif Alibaba Group, Jack Ma
Foto: The Star
Chairman eksekutif Alibaba Group, Jack Ma

EKBIS.CO, JAKARTA -- Jagat media di seluruh dunia tiba-tiba tertuju pada sosok Jack Ma. Secara mengejutkan dia mengumumkan pengunduran diri dari Grup Alibaba.

Adalah New York Times yang pertama kali memberitakan pengunduran diri pria bernama Ma Yun yang tepat pada Senin (10/9) ini berulang tahun yang ke-54 itu dari gurita raksasa yang dirintisnya pada 4 April 1999 tersebut. Keinginan Ma pensiun dini itu untuk memenuhi panggilan hati kecilnya kembali sebagai seorang filantropis di bidang pendidikan.

Ini Surat Mundur Diri Jack Ma yang Penuh Inspirasi

Sosok Ma tidak asing lagi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bukan saja karena namanya merupakan salah satu penasihat Presiden Joko Widodo di bidang perdagangan elektronik (e-commerce), melainkan juga Alibaba sudah sangat lekat di telinga masyarakat Indonesia, khususnya di Ibu Kota.

Belum lama ini, wajah Ma pun muncul di layar televisi masyarakat Indonesia dalam seremoni penutupan Asian Games XVIII di Stadion GBK, Senayan. Pada acara tanggal 2 September 2018 di Jakarta itu, Ma yang mengenakan busana tradisional Cina tampil sepanggung dengan atlet renang sekampungnya di Provinsi Zhejiang, Sun Yang, yang baru saja sukses memborong medali emas Asian Games di lintasan renang Stadion Akuatik GBK.

photo
pendiri dan CEO Alibaba Group Jack Ma dalam penutupan Asian Games ke 18 di Stadion Utama Gelota Bung Karno, Jakarta, Ahad(2/9).

Sontak, pengunduran diri Ma dari perusahaan yang pendapatan bersihnya pada 2018 telah mencapai 9,79 triliun Dolar AS itu sangat mengagetkan. Beragam pendapat dan opini mengiringi kontroversi sikap Ma. Komentar pun bertubi-tubi setelah Ma mengeluarkan statemen di South China Morning Post (SCMP).

Ma mesti bicara melalui SCMP, grup media bermarkas di Hong Kong yang telah diakuisisinya sejak 11 Desember 2015, bahwa dirinya masih akan menduduki jabatan CEO Alibaba dengan menerapkan rencana transisi dalam periode yang sangat penting. Pernyataan Ma di SCMP tersebut sekaligus menyangkal pemberitaan New York Times tentang Ma yang sudah telanjur viral di jagat maya itu.

Meskipun mengejutkan, banyak pihak yang menyangsikan sikap Ma mundur begitu saja pada saat perusahaannya sedang panen besar seiring dengan maniak belanja daring yang mewabah secara global. Dia akan menjaga jarak saja dari hiruk-pikuk kegiatan operasional sehari-hari agar lebih fokus pada strategi bisnis, demikian pendapat sejumlah pengamat di Cina.

"Setiap hari Ma adalah seorang guru. Kapan pun dia selalu terlibat dalam aktivitas menyejahterakan masyarakat atau bekerja untuk Alibaba. Dia selalu bermimpi menjadi guru yang nyata lagi," demikian pernyataan Grup Alibaba menanggapi beragam komentar mengenai Ma.

Lu, pengamat industri, mengemukakan bahwa beberapa tahun yang lalu, Ma telah berupaya mengubah sistem manajemen perusahaannya. Oleh sebab itu, dia menganggap media salah memahami sikap Ma dengan  menyandangkan istilah pensiun.

Ma telah menyerahkan jabatannya sebagai CEO pada 2013 dan jabatan utama lainnya di Alibaba, termasuk Taobao dan Tmall yang saat ini dijalankan oleh beberapa eksekutif senior lainnya. "Manajemen internal Alibaba terlihat lebih dewasa sehingga Ma telah menyiapkan perusahaannya 'go public' dan secara resmi dirinya mengatur jarak dengan kegiatan operasional sehari-hari," kata Lu seperti di tulis Global Times.

Dia memprediksi bahwa rencana suksesi tersebut akan mendorong para pebisnis veteran mundur dari posisinya dan menggantinya dengan yang lebih muda. Ini untuk memperkuat percepatan perubahan pola manajemen internal. Menurut Lu, hal itu menunjukkan keinginan Ma dalam menciptakan struktur manajemen Alibaba sebagai perusahaan multinasional lebih transparan.

Lain lagi dengan Liu Dingding, pengamat independen di Beijing, bahwa belum dirilisnya secara resmi mengenai rencana suksesi itu kemungkinan untuk menjaga kepercayaan investor perusahaan tersebut dalam jangka pendek. Pada penutupan bursa Jumat (7/9) atau sehari sebelum Ma mengeluarkan pernyataan di SCMP, saham Alibaba naik 1,56 persen. Namun secara tiba-tiba jatuh 2,34 persen beberapa jam setelah pemberitaan di New York Times.

Namun Liu menolak anggapan bahwa pemberitaan mengenai Ma di sejumlah media telah menimbulkan situasi bisnis dan ekonomi di Cina menjadi tidak stabil.

"Beberapa perusahaan Cina sedang menghadapi tantangan terkini, namun jika masyarakat khawatir akan kemampuan raksasa bisnis e-commerce, seperti Alibaba, dalam mengatasi situasi sekarang, maka sangat mungkin mereka sudah tidak percaya dengan kekuatan utama perekonomian China," ujarnya.

Menurut dia, negaranya akan terus menjaga iklim bisnis sejak Alibaba mampu mengendalikan ekonomi domestik.

Pada tahun fiskal 2019, pendapatan Alibaba diperkirakan naik 61 persen (year on year) hingga mencapai 11,7 triliun Dolar AS. Pendapatan e-commerce sebagai bisnis utamanya bisa meningkat 61 persen juga.

Walau begitu, Liu menyatakan bahwa perusahaan seperti Alibaba sangat mengandalkan sosok pendiri berkarkter kuat sehingga kebijakan rotasi manajemen sangat sulit dilakukan. "Perusahaan tersebut bisa saja dijalankan oleh orang lain, tapi untuk level strategis peran Ma masih sangat diperlukan," katanya.

Meskipun para pengamat masih menganggap pemensiunan tersebut sangat prematur, fenomena itu sangat menarik mengingat keputusan Ma dikeluarkan bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-54, angka keramat dalam tradisi Cina.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement