Rabu 12 Sep 2018 21:57 WIB

Mentan Tegaskan Produksi Beras Tahun Ini Aman

Kementan menyatakan luas tanam padi terus mengalami peningkatan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Mentan Andi Amran Sulaiman menghadiri panen raya padi Ciherang seluas 300 hektare di Desa Mandalasari, Kecamatan Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Jumat (10/11).
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Mentan Andi Amran Sulaiman menghadiri panen raya padi Ciherang seluas 300 hektare di Desa Mandalasari, Kecamatan Mataram Baru, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Jumat (10/11).

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan produksi padi hingga akhir tahun aman. 

"Aman lah," katanya usai melakukan Rapat Kerja Bersama Komisi IV DPR RI, Rabu (12/9). Produksi yang aman ini sesuai dengan domain Kementan untuk menjaga produksi pangan.

Ia pun menyoroti keluhan perbedaan data pangan yang ada."Kalau hari ini panen, tanaman berkurang kan, dari situ aja ada perbedaan. Sekarang data kita serahkan ke BPS," katanya.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Nurmantyo mengatakan, luas tanam padi terus mengalami peningkatan. Luas tanam pada Agustus tahun lalu seluas 805 ribu hektare sementara Agustus tahun ini seluas 1,05 juta hektare. Begitu juga dengan luas tanam September, tahun lalu mencapai 1,05 juta hektare.

"Kita targetkan (September tahun ini; red) 1,5 juta hektare," ujarnya.

Berdasarkan angka ramalan tahun ini, produksi panen 82 juta ton dari target 83 juta ton. Sementara tahun lalu sekitar 81 juta ton. Angka produksi tersebut meningkat karena pertambahan luas tanam.

El nino ringan terjadi, ia melanjutkan, namun di lahan rawa dengan kondisi air penuh bisa tetap menanam padi.

"Kita bilang gogo rawa," ujarnya. Selain memaksimalkan lahan rawa, penggunaan tumpang sari dan alsintan juga dinaksimalkan untuk mencapai target 85 juta ton.

Pengamat Pertanian Dwi Andreas mengatakan, produktivitas di Indonesia pada musim gadu memang lebih tinggi. Namun tidak untuk saat ini yang sedikit karena terjadi kekeringan sehingga  produksi tidak bisa optimal.

Di Wonogiri, Jawa Tengah misalnya, mengalami kekeringan sejak Juni sehingga berdampak pada penurunan produksi. Guru besar IPB ini melakukan penelitian di 14 kabupaten, dari luasan 14 kabupaten tersebut hampir 40 persen mengalami kekeringan.

"(kekeringan tersebut; red) Itu trjadi penurunan produksi 39,3 persen," ujarnya.

Produksi tahun lalu berkurang karena masalah iklim dan ketersediaan air. Hal ini diperparah dengan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dalam kurun waktu dua tahun terakhir menyebabkan penurunan produktivitas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement