EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina EP menargetkan bisa mengembalikan produksi minyak mentah ke level di atas 100 barel per hari (BOPD). Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menuturkan, perseroan pernah mencapai produksi di atas 100 ribu BOPD.
“Beberapa tahun lalu, Pertamina EP pernah mencapai level produksi tahunan hampir 130 ribu BOPD, bahkan pernah dalam beberapa hari mencapai level 132 ribu BOPD. Betapa bangganya kami saat itu. Ulang tahun ke-13 Pertamina EP adalah momentum yang tepat untuk menargetkan produksi kembali di atas level 100 ribu BOPD,” ujar Nanang melalui keterangan persnya, Kamis (13/9).
Hingga 31 Agustus 2018, produksi migas Pertamina EP mencapai 253.247 Barrel Oil Equivalent Per Day (BOEPD) atau 100,35 persen dari target dalam RKAP 2018 sebesar 252.341 BOEPD. Ini terdiri atas produksi minyak sebesar 77.759 BOPD atau 94,58 persen dari RKAP sebesar 82.218 BOPD dan produksi gas sebesar 1.019,33 juta stadar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 103,15% dari target dalam RKAP sebesar 988,17 MMSCFD.
Menurut Nanang, untuk mencapai target produksi di atas 100 ribu BPPD tidak mudah. Pertama, butuh usaha lebih keras karena potensi untuk peningkatan produksi dari 22 lapangan yang dikelola oleh Lima Asset Pertamina EP masih sangat terbuka.
Selain melanjutkan kegiatan eksplorasi, Pertamina EP juga mengandalkan Lapangan Sukowati yang mulai dikelola pada 20 Mei 2018 untuk meningkatkan produksi ke level di atas 15 ribu BOPD. “Target 100 ribu BOPD menurut saya achievable, tetapi dengan upaya yang jauh lebih keras,” katanya.
Kedua, dari sisi pembiayaan (cost). Menurut Nanang, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan berkali-kali menyatakan bahwa apabila produksi minyak dan gas tidak naik, biayanya harus turun. Harapan Nanang, para pekerja Pertamina EP tetap berpikir mengenai efisiensi biaya. Walaupun misalnya produksi tidak bagus, bila efektif dan efisien, margin yang diperoleh akan makin besar.
“Manfaatkan itu karena kita harus menolong negara ini. Kalau kita bisa mengumpulkan dolar lebih banyak, siapa tahu dolar-dolar itu kalau dikumpulkan bisa menurunkan kurs. Kalau sekarang dengan dolarnya makin banyak rupiahnya makin kuat,” ujar Nanang.
Ketiga, menurut Nanang, Pertamina EP tetap konsisten dan komitmen dalam mengedepankan aspek Keselamatan, Kesehatan, dan Keamanan Kerja (HSSE). Manajemen dan BOD Pertamina EP ingin seluruh pekerja Pertamina EP bekerja dengan selamat, aman, dan sehat.
“Orang yang bekerja di lapangan, di hutan-hutan, dan sebagainya, tetap kembali ke keluarganya dengan sehat dan selamat,” katanya.
Keempat adalah keberlanjutan (sustainibility). Nanang ingin mewariskan (legacy) kepada perusahaan agar Pertamina EP ke depan tetap eksis dan meningkat.
Karena itu, Nanang sangat concern dengan pengembangan sumber daya manusia (people development), mendorong regenerasi di level pimpinan agar perusahaan bisa berkembang.
“Saya beri kesempatan kepada yang muda-muda sekarang sudah jadi manajer, sebentar lagi jadi GM, jadi VP. Itu sangat penting demi keberlanjutan perusahaan di masa datang,” katanya.
Di luar itu, Nanang juga berharap, Pertamina EP dapat mempertahankan dan sedapat mungkin meningkatkan perolehan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) Emas yang diraih oleh unit bisnis perusahaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pada 2017, dua unit bisnis Pertamina EP, yaitu Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field dan Pertamina EP Asset 1 Rantau Field meraih PROPER Emas.
“Perlu komitmen dan kerja keras serta inovasi yang berkelanjutan dalam pelaksanaan CSR di semua lini agar perolehan PROPER Emas Pertamina EP dapat dipertahankan dan kalau perlu ditingkatkan,” ujar Nanang.