EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan bahwa produksi padi di berbagai daerah berjalan baik saat kemarau. Hal itu karena ada penerapan paradigma baru dengan menggunakan teknologi termutakhir.
"Dengan teknologi baru, kami bisa meningkatkan tanam pada kemarau hingga dua kali lipat dibanding sebelumnya," kata Amran Sulaiman di Jakarta, Jumat (14/9).
Menurut dia, Kementerian Pertanian juga telah meningkatkan koordinasi dan sinergi dengan instansi lainnya untuk membangun infrastruktur pertanian. Mentan juga mengemukakan bahwa pihaknya telah mengirimkan bantuan alat pertanian ke berbagai daerah seperti bantuan puluhan ribu pompa air.
Sebelumnya, Mentan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/8) juga telah menuturkan mengenai perubahan paradigma tanam padi sebagai salah satu upaya untuk menstabilkan harga beras.
"Intinya, kami mengubah paradigma tanam padi. Dulu ada paceklik, kami telusuri masalahnya. Paceklik terjadi pada November-Desember-Januari. Kenapa terjadi paceklik? Karena tiga bulan sebelumnya Juli-Agustus-September tanamnya hanya separuh dari kebutuhan, 500 ribu hektare," katanya.
Amran mendampingi Presiden Jokowi saat menerima kunjungan Presiden Republik Namibia Hage Geingob yang juga membahas masalah kerja sama terkait pangan. Amran mengatakan paradigma tanam padi diubah melalui manajemen tanam yang baik sehingga bisa menekan kemungkinan terjadinya masa paceklik. Menurut dia, kunci agar tidak paceklik adalah menanam satu juta hektare pada Juli, Agustus, September setiap tahun.
Sebelumnya Anggota Komisi IV DPR RI, Ibnu Multazam mengatakan, jaringan irigasi di berbagai daerah perlu diperkuat dan diperhatikan perawatannya terutama dalam rangka mengatasi fenomena kemarau yang terjadi di sejumlah daerah.
"Peningkatan kualitas benih itu penting, tetapi yang lebih penting adalah jaringan pengairan," katanya di Jakarta, Rabu (12/9).
Baca: Harga Beras di Sukabumi Terus Naik