EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah mendalami ulang dampak perluasan penerapan kewajiban pencampuran biodiesel dalam bahan bakar minyak (BBM) sebesar 20 persen atau B20. Penggunaan B20 diharapkan bisa menurunkan impor BBM dan penghematan devisa.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan pemerintah sedang melakukan pencocokan data untuk mengetahui angka pasti dari dampak penerapan B20. "Mencocokkan data berapa dampaknya kepada pengurangan impor, kepada devisa, lalu angka misalnya volume, realisasi, dan rencananya berapa. Kami diskusi panjang tentang apakah angka yang kita pakai selama ini konsisten apa tidak," ujar Arcandra ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (18/9) malam.
Angka yang perlu dihitung ulang, lanjut dia, salah satunya adalah menyangkut perkiraan penghematan devisa sekitar 2,3 miliar dolar AS sampai akhir 2018. Arcandra mengatakan bahwa 2,3 miliar dolar AS tersebut merupakan angka penghematan devisa dalam satu tahun, bukan sejak B20 diterapkan pada awal September 2018 hingga akhir tahun.
"Jadi intinya kami rekonsiliasi data. Nanti dari Menko (Darmin Nasution) akan keluarkan datanya, tujuan pertemuan hari ini rekonsiliasi data," ujar dia.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan dampak dari penerapan B20 memang tidak bisa diukur dengan mudah. "Biarkan kami rekonsiliasi sampai tuntas. Memang ada bulan dia adanya sedikit sekali," ujar Darmin.