EKBIS.CO, JAKARTA -- Memasuki bulan kedua implementasi B30 (campuran biodiesel 30 persen pada BBM jenis minyak solar) di lapangan, Kementerian ESDM terus melakukan sosialisasi dan menggelar diskusi dengan para stakeholders, produsen maupun pengguna bahan bakar B30.
Kali ini sosialisasi mengundang Kementerian/Lembaga terkait, penyedia BBM, Badan Usaha BBN, perwakilan APM (Agen Pemegang Merk), service manager kendaraan bermotor, hingga para teknisi kendaraan mesin diesel.
Selain menghadirkan pembicara para praktisi terkait implementasi B30, pada kesempatan tersebut hadir pula sopir kendaraan uji jalan, Feri Ferdiansyah (38 tahun) dan Joko (46 tahun), berbagi pengalaman mereka melakukan uji jalan dengan kendaraan B30 menempuh jarak hingga 40.000 km.
"Kami senang bahan bakar ada kemajuan. Makin bersih, makin nyaman juga, dari proses pendinginan mesin sampai mesin dihidupkan kembali juga stabil," ungkap Feri yang merupakan salah satu sopir kendaran penumpang pada uji jalan B30, ditemui di ICE BSD, Tangerang, usai acara Sosialisasi B30, Rabu (12/2).
Feri yang telah mengikuti test drive berbagai jenis kendaraan selama lebih dari 18 tahun tersebut mengungkapkan suka dukanya selama uji jalan ini.
"Tiga bulan kami tidak pulang. Tiap pagi start jam 3 pagi sudah jalan. Semua unit dicek pukul 2.30 setiap hari sama tim uji, metode pengisian BBM full to board. Jalan jam 3 pagi start dari Lembang, keluar Cileunyi, jalur Tasik, masuk Pajalu, lewat gunung-gunung, sampai selesai, begitu tiap hari. Timnya kompak, salut tidak kenal lelah tiap hari bangun dini hari," cerita Feri.
Membuka sosialisasi hari ini, Direktur Bioenergi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Andriah Feby Misna kembali menegaskan semangat Pemerintah untuk mendorong penggunaan B30 di tengah meningkatnya kebutuhan energi dan berkurangnya cadangan energi fosil yang dimiliki Indonesia.
"Sejak 2005 Indonesia harus menjadi net importir minyak. Untuk itu, demi mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional, maka pengembangan energi nasional akan memaksimalkan potensi dalam negeri seperti penggunaan biodiesel," ujar Feby.
Feby berharap melalui pengembangan bahan bakar nabati dari dalam negeri, seperti biodiesel, bioetanol, green diesel, green gasoline dan green avtur, akan meningkatkan ketahanan energi Indonesia dan dapat mengurangi impor BBM.
Untuk memastikan implementasi pemanfaatan B30 dapat terlaksana dengan baik, berbagai persiapan dilakukan. Diantaranya melakukan revisi Standar Biodiesel, melakukan uji jalan/uji fungsi B30, memastikan kesiapan produsen biodiesel, memastikan metode sistem handling dan penyimpanan yang tepat, memastikan kesiapan infrastruktur, serta memastikan penerimaan semua pihak terkait, termasuk masyarakat, salah satunya melalui sosialisasi yang dilaksanakan hari ini.
Pada sesi tanya jawab, pengaruh B30 terhadap mesin kendaraan menjadi topik yang paling banyak disoroti. "Selama ini mayoritas penggunaan B30 tidak banyak bermasalah pada mesin. Tolong hal-hal positif terkait penggunaan B30 ini disampaikan kepada rekan-rekan pengguna lainnya. Jika menemui kendala di lapangantolong informasikan kepada kami, kami akan bantu dan turunkan tim bila data-data yang disampaikan ke kami jelas, akan kami bantu carikan solusinya," ungkap Kasubdit Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Effendi Manurung.