EKBIS.CO, SURABAYA -- Direktur Pemasaran dan Supply Chain PT Semen Indonesia Persero Tbk (SMGR) Adi Munandir mengatakan harga semen di Tanah Air saat ini tidak terpengaruh dengan pelemahan rupiah. Harga semen masih stabil seperti sebelumnya.
"Sampai di tingkat pengguna atau konsumen paling bawah dampak pelemahan rupiah tidak ada, atau tidak berpengaruh," kata Adi saat memberikan keterangan pers usai kegiatan temu investor di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Surabaya, Rabu (19/9)..
Meski demikian, secara internal perusahaan, Adi mengaku ada beban biaya produksi yang naik. Khususnya untuk bahan baku batu bara yang membelinya menggunakan dolar AS.
"Bahan produksi kami masih menggunakan batu bara, dan itu membelinya menggunakan dolar AS yang pada saat ini mengalami kenaikan," kata Adi.
Namun demikian, kata dia, perusahaan telah melakukan penyeimbangan harga melalui efisiensi di tempat lainnya, agar pelemahan rupiah tidak berpengaruh pada harga semen. Sementara itu di tengah ketatnya persaingan industri semen dalam negeri, hingga bulan Agustus 2018 SMGR masih mampu mencatatkan kinerja penjualan positif.
Sekretaris perusahaan Semen Indonesia, Agung Wiharto mengatakan volume penjualan mencapai 20,67 juta ton, atau tumbuh 4 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 19,88 juta ton.
Capaian penjualan tersebut terdiri dari penjualan dalam negeri sebesar 16,93 juta ton, ekspor sebesar 1,99 juta ton, serta penjualan dari Thang Long Cement Company Vietnam (TLCC) sebesar 1,75 juta ton.
"Saat ini dinamika industri semen di Indonesia telah mengalami pergeseran dengan masuknya 8 pemain baru sejak 2015, yang mana sebelumnya hanya terdapat 7 produsen semen," katanya.
Adanya pemain baru, kata dia, menyebabkan terjadinya over capacity di Indonesia sebesar 30 juta ton, di mana tingkat utilisasi industri tahun 2017 hanya sebesar 65 persen.