EKBIS.CO, MATARAM -- Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyambut positif penyelenggaraan sosialisasi Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (PBTSE) atau Online Single Submision (OSS) di Lombok, NTB, sejak Rabu (19/9) hingga Jumat (21/9). Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) NTB, Lalu Gita Ariyadi, mengungkapkan dua makna penting di balik acara tersebut, yakni Lombok sebagai tuan rumah dan juga program OSS itu sendiri.
Gita menyampaikan, kehadiran 500 peserta sosialiasi dari seluruh Indonesia memberikan dukungan moral yang sangat besar bagi percepatan pemulihan Lombok pascagempa. "Kita tidak selamanya larut dalam duka, untuk percepatan recovery kita gerakan sektor seperti ini (MICE). Menpar (Menteri Pariwisata) sudah berkutat ke kementerian/lembaga bantu Lombok dengan adakan acara seperti ini," ujar Gita di sela-sela sosialisasi sistem OSS di Hotel Lombok Raya, Mataram, NTB, Jumat (21/9).
Selama tiga hari di Lombok, kata Gita, para peserta tak sekadar mengikuti sosialisasi di hotel, melainkan juga berkunjung ke destinasi wisata, restoran, bahkan ke lokasi terdampak gempa untuk menyalurkan bantuan. Dari sisi sistem OSS sendiri, NTB mengaku gembira adanya sistem satu pintu dalam hal perizinan yang lebih terintegrasi.
"Bagi kita, ketika ada regulasi-regulasi yang menekan kementerian/lembaga untuk memberikan kemudahan berinvestasi tentu kami samgat senang dan itu yang kita harapkan sehingga kemudahan berinvestasi ini insentif yang baik bagi para investor," kata Gita.
Sasaran para investor untuk menanamkan modalnya di NTB sangat banyak dan terbuka lebar. Selain kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika, di Lombok Tengah, NTB juga membuka keran investor untuk berinvetasi di Sumbawa Barat yang telah terbangun smelter, Global Hub Bandar Kayangan di Lombok Utara, dan Sangeang, Komodo, Sape (Sakosa) serta Teluk Saleh-Moyo-Tambora (Samota) di Pulau Sumbawa yang menawarkan potensi sumberdaya laut dan juga pariwisata.
"Kawasan smelter itu menjadi kawasan industri sangat potensial karena membangun smleter berarti akan diikuti pembangunan pabrik-pabrik lainnya. Kita bisa prediksi selain processing// konsentrat smelter, akan ada juga industri ikutan lainnya seperti pabrik pupuk, pabrik semen, dan pabrik kabel," ucapnya.
Gita menyampaikan, proses perizinan akan jauh lebih mudah jika daerah membuat kawasan ekonomi khusus atau kawasan industri. Dia mencontohkan KEK Mandalika yang memiliki sistem administrator sendiri dalam memberikan kemudahan bagi para investor.
Tak sekadar memberikan kemudahan perizinan. Mandalika juga sudah mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang dalam menyambut kehadiran investor. Dengan lahan seluas 1.175 hektar, kata Gita, KEK Mandalika telah memiliki aksesibilitas yang baik karena berada tidak jauh dari Bandara Internasional Lombok
"Insentif dan kemudahan yang kami tawarkan terbukti menarik minat para investor di KEK Mandalika, apalagi kalau ditambah dengan OSS, makin mantap," lanjutnya.
Sembari menunggu penyempurnaan sistem OSS, NTB berupaya semaksimal mungkin menyiapkan sejumlah fasilitas yang bisa ditawarkan kepada para investor, dan juga memberikan iklim yang ramah pada setiap investasi.
Gita menyebutkan, realisasi pertumbuhan investasi di NTB masih terjaga dengan baik, meski sempat dilanda bencana gempa pada akhir Juli hingga Agustus. "Laju pertumbuhan postif, angka investasi terus bertumbuh, sampai triwulan II semester I kita masih optimis bagus, erlebih kan sudah beredar lagi Vincy BUMN Perancis yang Rp 14 triliun di KEK (Mandalika) sehingga ke depan cukup optimis," ucapnya.
Kata Gita, sektor investasi tidak seperti sektor pariwisata yang mendapat dampak langsung dari bencana dengan banyaknya pembatalan kunjungan wisatawan. Untuk sektor investasi di NTB, kata dia, tidak ada pembatalan investasi yang sudah berjalan.
"Kalau invetasi, investor kan sudah mengurus Amdal dan lain-lain, tidak ada pembatalan, paling hanya slow down//," katanya.