EKBIS.CO, JAKARTA – Asoasiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) memastikan saat ini tetap mengupayakan pemenuhan campuran biodisel B20 yakni minyak sawit atau fatty acid methyl esters (FAME). Terutama semua pesanan yang sudah diterima oleh semua anggota Aprobi.
“Kami menganggap ini (pemenuhan pasokan campuram biodisel B20) adalah tantangan yang harus kita upayakan agar biodiesel B20 tersedia di semua titik segera,” kata Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan kepada Republika, Ahad (23/9).
Menurut Paulus, terdapat sebab mengapa sampai saat ini masih ada beberapa titik yang masih belum terpasok FAME. Namun, kata dia, masing masing titik terdapat penyebab yang berbeda beda sehingga tidak bisa disamaratakan.
“Memang kami sulit untuk dapat memberikan contoh (beberapa kendala yang terjadi dalam memasok FAME) karena di tiap titik tentunya mempunyai karakteristik tersendiri dan tidak bisa di genelarisir,” jelas Paulus.
Meskipun begitu, Paulus memastikan semua hal tersebut sedang di upayakan untuk diatasi. Dia memastikan Aproni juga sudah berkoordinasi dengan semua pihak terkait agar pasokan FAME tetap berjalan lancar.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) mengakui kekurangan pasokan FAME dari badan usaha yang memproduksi Bahan Bakar Nabati (BBN). Dari 112 terminal BBM, baru 69 terminal BBM yang sudah menerima penyaluran FAME.
Sementara sebagian besar daerah yang belum tersalurkan FAME berada di kawasan timur seperti Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Sulawesi. "Seluruh instalasi Pertamina sudah siap blending B20. Namun penyaluran B20 tergantung pada suplai FAME, di mana hingga saat ini suplai belum maksimal didapatkan," kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, Jumat (21/9).
Paulus memastikan beberapa tempat di Indonesia Timur masih sedang diupayakan pemasokan FAME. Kemungkinan besar, lanjut paulus, jumlah volume yang masih diupayakan tersebut jumlahnya tidak besar.
Di sisi lain, Paulus menjelaskan untuk biodisel B20 Public Service Obligation (PSO) akan terserap sekitar hambir tiga juta kiloliter pada akhir 2018. Sementara untuk non-PSO, Paulus menilai akan di dapati serapannya dengan jumlah yang sama seperti PSO.
Paulus mengatakan angka itu berbeda jika pemerintah sudah menetapkan perluasan penggunaan biodisel sejak awal Januari 2018. “Seharusnya jika PSO dan non-PSO dimulai bersama Januari 2018 maka pada akhir tahun bisa sekitar enam juta kiloliter. Namun untuk non-PSO baru dimulai September ini maka perkiraan akhir tahun total nya sekitar 3,8 sampai 4 juta kiloliter,” jelas Paulus.