EKBIS.CO, NEW YORK -- Harga minyak turun pada akhir perdagangan Rabu (26/9), setelah data AS menunjukkan peningkatan mengejutkan dalam persediaan minyak mentah domestik. Namun demikian, penurunan ekspor Iran akan menahan harga Brent di atas 80 dolar AS per barel dan berada di jalur kenaikan.
Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman November kehilangan 0,53 dolar AS menjadi menetap di 81,35 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Sehari sebelumnya, Brent naik ke setinggi 82,55 dolar AS, tertinggi sejak November 2014. Sementara itu, minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 0,71 dolar AS menjadi berakhir di 71,57 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Menurut data Badan Informasi Energi AS (EIA), persediaan minyak mentah AS naik 1,9 juta barel dalam sepekan yang berakhir 21 September. Para analis telah memperkirakan penurunan 1,3 juta barel.
Menurut data EIA, operasional pengilangan minyak mentah turun 901.000 barel per hari. "Kami enggan banyak membaca aksi harga hari ini atau penambahan minyak mentah tak terduga menurut EIA. Komplek ini telah berjalan naik kuat dan berhak mendapatkan koreksi," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.
Para investor terus mengawasi sanksi-sanksi AS yang akan datang, yang mempengaruhi sektor perminyakan Iran. Seperti diketahui, sanksi ini akan mulai berlaku pada November.
Pasar minyak bersiap untuk mendapatkan pasokan global dari sanksi-sanksi. Brent tetap di jalur untuk kenaikan kuartalan kelima berturut-turut.
Beberapa pembeli besar, seperti sejumlah penyuling India, telah memberi isyarat bahwa mereka akan menghentikan pembelian minyak mentah Iran. Namun, belum jelas dampaknya terhadap pasar global.
Pejabat-pejabat AS, termasuk Presiden Donald Trump, sedang mencoba untuk meyakinkan para konsumen dan investor bahwa pasokan yang cukup akan tetap di pasar minyak. Trump juga telah mendorong Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk meningkatkan produksi.