EKBIS.CO, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat kerugian materiil dan nonmateriil yang sangat besar akibat peristiwa gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9). Kerugian mencapai Rp 450 miliar yang dialami oleh anggota Aprindo yang memiliki gerai toko modern di Poso, Palu dan Donggala.
"Ritel yang terkena di antaranya Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi dan sebagainya," ujar Ketua Aprindo Roy Nicholas Mandey dalam rilis yang diterima Republika, Senin (1/10).
Kerugian tersebut meliputi kerusakan bangunan, display barang dagangan dan stok barang di gudang. Tidak hanya itu, gempa dan tsunami turut menimbulkan korban jiwa, yakni sedikitnya lima orang dari para penjaga toko.
Roy menjelaskan, sampai saat ini, gerai ritel Aprindo yang berada di Palu dan Donggala masih belum dapat beroperasi karena masih dalam konsolidasi serta pendataan. Ia berharap, semua ritel dapat segera aktif kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam waktu singkat.
Roy menyayangkan pernyataan sikap pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri yang berkesan arogan dengan memberikan izin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko ritel yang berada di Palu dan Donggala. "Sebab, pernyataan tersebut disampaikan tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan para pemilik usaha, manajemen ataupun Aprindo sebagai asosiasi pengusaha toko modern," katanya.
Keputusan pemerintah justru memberikan kesan tidak mendidik pada masyarakat. Selain itu, Roy menambahkan, pemerintah seolah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertindak di luar tata krama, moral, etika dan kurang berbudaya.
Menurut Roy, sikap pemerintah kontras dengan jasa peritel modern yang turut memberikan kontribusi bagi kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini. "Kami juga selalu hadir dalam memberikan bantuan sembako kepada masyarakat seperti saat terjadi kejadian serupa (gempa bumi) di Lombok, Padang, Aceh dan sebagainya," ucapnya.
Dari catatan Roy, pengambilan barang di gerai ritel modern di Palu sampai Ahad (30/9) malam terjadi di 41 titik. Sebanyak 40 di antaranya merupakan gerai Alfamart dan satu gerai Hypermart.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo membantah adanya pembebasan kepada masyarakat Palu untuk mengambil barang di minimarket dan biayanya ditanggung oleh pemerintah. Ia meminta kepada pemerintah daerah untuk membeli minuman dan makanan dari toko yang tutup. Pembayaran dilakukan dengan uang gotong royong, di mana Kemendagri akan turut memfasilitasinya.