EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Dunia menilai perekonomian Indonesia jauh lebih kuat daripada selama krisis keuangan Asia tahun 1997. Menurut Bank Dunia, kelemahan mata uang adalah sumber kekuatan.
“Dengan nilai tukar yang fleksibel sekarang, devaluasi sedang membuat impor lebih mahal, ekspor lebih murah, dan nilai dolar dari transfer laba lebih rendah,” kata Rodrigo Chaves, direktur negara Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste dilansir Bloomberg, Jumat (5/10).
Indonesia adalah salah satu yang paling terpukul di Asia oleh kekalahan pasar. Nilai tukar rupiah melemah ke Rp 15 ribu per dolar AS pekan ini untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan Asia. Pemerintah sedang meningkatkan langkah-langkah, termasuk pembatasan impor untuk menahan defisit transaksi berjalan.
Nilai tukar rupiah berfluktuasi hebat selama krisis Asia 1998. Rupiah bergerak dari tingkat yang diatur di bawah Rp 3.000 terhadap dolar AS menjadi hampir Rp 17 ribu ketika nilai tukar fleksibel diterapkan. “Faktanya jelas bahwa 2018 bukan 1997 atau 2013, dalam hal ini. Indonesia berada dalam posisi yang jauh lebih kuat saat ini daripada di masa lalu," tambahnya.
Chaves memuji tanggapan kebijakan pemerintah tahun ini sebagai tanggapan yang cepat, tegas, dan terkoordinasi. Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga meskipun inflasi berada dalam target dan belum mempertahankan level untuk rupiah.
"Meskipun ada risiko yang datang dari luar negeri, saya harus jelas, Indonesia memiliki fundamental yang kuat dan fungsi respons kebijakan yang memadai," kata Chaves.
Chaves mendesak pemerintah untuk meningkatkan ekspor dan investasi langsung asing dan mengurangi subsidi bahan bakar.
Baca juga, Masih Amankah Rupiah Kita?