EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan kredit korporasi tahun ini mencapai 12 persen. Untuk mencapai target ini perseroan cukup agresif menyalurkan kredit segmen itu terutama berkaitan dengan proyek infrastruktur.
"Kita cukup agresif di korporasi. Maka seharusnya pertumbuhannya pun cukup tinggi, feeling saya, per September ini di atas 10 persen," ujar Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar kepada wartawan di Jakarta, Jumat (5/10).
Menurutnya, bisnis korporasi cukup lancar di 2018. Hal itu karena, beberapa harga komoditas seperti batu bara, minyak, dan lainnya turut membaik.
"Pembiayaan infrastruktur kita juga jalan terus. Lalu nasbaah korporasi yang gede-gede tetap ekspansi," katanya.
Sebelumnya, kata dia, Bank Mandiri terlibat pula dalam proyek sindikasi pembangunan Tol Trans Sumatera sebesar Rp 9 triliun. "Nggak cuma kita tapi banyak yang terlibat termasuk bank-bank pemerintah (Himbara) dan bank-bank daerah (BPD)," ujar Royke.
Royke menyebutkan, dalam proyek tersebut, masing-masing bank Himbara mengucurkan dana sekitar Rp 1 triliun sampai Rp 2 triliun. Sedangkan BPD sekitar Rp 250 miliar sampai Rp 500 miliar.
Ke depannya, kata dia, perseroan tetap akan mengucurkan dana ke proyek infrastuktur. Hanya saja, proses pemberian kredit mulai dilakukan bila pembebasan lahannya sudah mendekati 80 persen.
"Dengan begitu ke tidakpastiannya rendah, karen kalau nggak dibebasin (lahannya) ngapain kita biayai? Ya kita mau ikut biayai," tegas Royke.
Hingga Semester I 2018, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit pembangunan jalan tol sebesar Rp 10,6 triliun. Angka itu naik 26 persen dibandingkan Juni 2017 yang sebesar Rp 8,4 triliun.
Untuk keseluruhan sektor infrastruktur, Bank Mandiri telah mengucurkan pembiayaan senilai Rp 165,8 triliun hingga Juni 2018. Dari nilai tersebut, Rp 39,3 triliun di antaranya dialokasikan untuk pembangunan transportasi, termasuk bandara dan pelabuhan.
Lalu sebanyak Rp 36,8 triliun untuk pembangkit listrik, Rp 24,1 triliun untuk proyek migas dan energi terbarukan, Rp 18,3 triliun untuk sektor jalan tol, konstruksi. Kemudian sisanya untuk pembangunan telematika, perumahan, serta fasilitas kota serta sektor lainnya.