EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) terus berupaya mendorong biomassa sebagai bagian dari sumber energi terbarukan yang didapatkan dari sumber biologis melalui Hutan Tanaman Energi (HTE). Kementerian LHK sudah dilakukan sejak 2014 telahm melakukan kerja sama dengan Kementerian ESDM.
Sayangnya, investor yang tertarik dengan pengembangan ini masih minim. Staf Ahli Menteri LHK bidang Energi Hudoyo mengatakan, sampai saat ini, tidak sampai lima perusahaan yang menjalankan pengembangan biomassa ini. Mereka menghasilkan biomassa dari limbah industri sawit dan kayu seperti Gmelina dan Lamtoro.
"Ada di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, di antaranya," ucap Hudoyo kepada Republika.co.id, Ahad (10/7).
Saat pertama dicanangkan, konsep biomassa sebagai energi terbarukan sebenarnya sudah menarik 114 pengusaha untuk berkomitmen. Sayangnya, di tengah perjalanan, mereka memutuskan untuk mengubah Rencana Kerja Usaha (RK) karena salah dalam membuat perhitungan ekonomi.
“Pengusaha biomassa mengeluh karena merasa sudah merugi. Rugi yang dimaksud adalah untungnya sedikit,” ujar Hudoyo.
Perkembangan biomassa sebagai energi terbarukan masih terbatas dari segi bisnis. Sebab, belum ada proyek berbasis kayu terintegrasi yang beroperasi. Pengusaha masih menginginkan model bisnis yang perlu pembuktian terlebih dahulu.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo menjelaskan, kebijakan dari pemerintah akan penggunaan bioenergi ini harus dikaji secara matang. Tujuannya, regulasi regulasi yang dihasilkan dapat bersifat konsisten sehingga menjamin investasi jangka panjang dari pelaku industri untuk menjalankan bisnis bioenergi ini.
Saat ini bahan baku yang yang paling tepat adalah dengan memanfaatkan kayu limbah dan tanaman kategori short rotation coppice (SRC). Aksesibilitas terhadap sumber bahan baku energi biomassa yang berasal dari hutan tanaman industri (HTI) ini juga harus diperhatikan pemerintah. "Jika dekat dengan pelabuhan ekspor dan infrastruktur yang memadai, akan sangat membantu dalam pengembangannya," ujar Indroyono.
Baca juga, Realisasi Bioenergi Masih Terhambat, Ini Sebabnya