EKBIS.CO, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia mencatat emiten ke-43 dan ke-44 yang melakukan pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Jakarta, Rabu (10/10). Jumlah ini telah melebihi ekspektasi BEI yang menargetkan IPO sebanyak 35 emiten untuk tahun 2018. Emiten yang bergabung hari ini milik PT Garudafood dan PT Jaya Bersama Indo.
Analis Binaartha Nafan Aji menyampaikan tren kenaikan IPO emiten dipengaruhi oleh kondisi pasar yang sedang turun. Menurutnya ada semacam permintaan untuk bisa melantai di bursa sehingga perusahaan bisa menguat dengan mendapatkan lebih banyak dana.
"Mungkin karena mereka anggap dari sisi valuasi murah, saya rasa ini bisa menjadi indikator pasar modal kita masih berkembang di tengah-tengah paparan eksternal yang terjadi dan pelemahan rupiah," kata Nafan pada wartawan di BEI, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, meski tren tinggi IPO, para pelaku pasar tetap mencermati prospek perusahaan ke depannya, termasuk untuk tujuan apa IPO tersebut. Jika kinerja fundamental ke depan berisiko terganggu karena faktor eksternal maka mereka juga bisa menahan investasi.
"Kalau saham setelah IPO menguat itu menunjukkan euphoria itu yang begitu kuat, karena mereka menilai prospek ke depannya bagus," kata dia.
Nafan menilai memang sudah waktunya perusahaan untuk IPO karena pengusaha bisa memanfaatkan pertumbuhan ekonomi. Tahun 2019, meskipun ada pesta demokrasi, sejumlah lembaga dan pemerintah optimis prediksi pertumbuhan ekonomi naik hingga maksimum 5,3 persen.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan sempat menyampaikan bahwa menurut data per September, jumlah emiten yang akan melakukan penawaran umum hingga akhir tahun yakni sekitar 24 emiten. Jumlah ini memang tidak sebesar tahun lalu, namun tetap masuk dalam target.
Data terakhir menyebut raihan sebesar Rp 130,81 triliun dari 127 emiten. Sementara prediksi 24 emiten yakni Rp 10,63 triliun. Namun angka ini masih bisa berubah karena perkembangannya yang dinamis.
Baca juga, Perusahaan Restoran The Duck King Catatkan Saham di BEI